Fiki akhirnya pulang dengan raut kecewa. Harapannya hilang untuk melamar kekasihnya yang sangat disayangi. Penampilan sederhana memang gaya hidupnya tanpa memperlihatkan dirinya orang kaya.Â
Memang Fiki terlahir dari keluarga kurang mampu. Namun, sejak menjadi driver Grab berubah. Penghasilannya terus meningkat. Hasil dari kerja kerasnya sebagai driver Grab dikelola ke berbagai bisinis yang sudah ditekuni sejak lulus SMA.Â
Namun, semuanya tidak dikerjakan sendiri akan tetapi dititipkan kepada orang lain. Pekerjaan utamanya tetap menjadi driver Grab karena penghasilannya sangat memuaskan.
***
"Fiki, antarkan saya ke toko baju dong," pintanya Ita saat ketemu di depan SPBU. Raut wajahnya masih belum selesai namun Fiki tetap melayani pengguna jasanya. Fiki langsung mengantarkan Ita pada tujuannya.
"Fiki, kenapa raut wajahnya kok tidak seperti hari sebelumnya," tanya Ita penasaran.
"Ada masalah sedikit," lirihnya Fiki.
"Masalah apa?"
"Kamu tahu Riska itu?"
"Iya, tahu dia tetangga saya."
"Barusan saya, ke rumahnya dia untuk melamarnya. Tapi ayahnya tidak mengizinkan karena saya hanya seorang driver Grab."
"Wah beneran Fik. Kok segitunya mereka demikian, padahal kalau bicara kekayaan memang tidak ada yang menandingi, tapi masih kalah sama ayahku. Tapi, kamu tidak perlu khawatir soal jodoh pasti akan hadir untukmu yang terbaik."