"Pekerjaan kamu apa sampai kamu bisa mau melamar anakku," tanya pak Rudi ayah kandung Riska pacarnya Fiki.
"Driver Grab Pak," jawabnya Fiki singkat. Lantas pak Rudi terkejut mendengarkan jawabannya Fiki. Raut wajahnya merah geram melihat raut wajah Fiki yang mau melamar putri bungsunya.
"Apakah kamu tidak salah alamat, mau melamar putri ku."
"Tidak, pak. Saya kenal Riska sejak dia menjadi langganan ku ke manapun ia pergi."
"Lantas kamu mau menikahinya."
"Iya, pak. Karena saya dan Riska sudah lama menjalin hubungan."
"Tidak boleh, saya tidak memperkenankan Anda menikahi Riska."
"Loh kenapa pak?"
"Profesinya kamu itu, yang membuat aku tidak senang." Pak Rudi langsung meninggalkan Fiki yang sedang duduk di sofa ruang tamu Riska. Riska hanya bisa menghela nafasnya serta meneteskan air mata. Raut wajah Fiki terlihat kecewa dan geram melihat dirinya dilecehkan tanpa tahu melihat siapa dirinya sebenarnya.Â
Fiki merupakan salah satu driver Grab yang mampu mendapatkan penghasilan ratusan ribu dalam setiap harinya. Selain itu pelayanan nya disenangi banyak orang sehingga dalam seharinya mampu menghasilkan sampai sembilan ratus ribu.
Fiki akhirnya pulang dengan raut kecewa. Harapannya hilang untuk melamar kekasihnya yang sangat disayangi. Penampilan sederhana memang gaya hidupnya tanpa memperlihatkan dirinya orang kaya.Â
Memang Fiki terlahir dari keluarga kurang mampu. Namun, sejak menjadi driver Grab berubah. Penghasilannya terus meningkat. Hasil dari kerja kerasnya sebagai driver Grab dikelola ke berbagai bisinis yang sudah ditekuni sejak lulus SMA.Â
Namun, semuanya tidak dikerjakan sendiri akan tetapi dititipkan kepada orang lain. Pekerjaan utamanya tetap menjadi driver Grab karena penghasilannya sangat memuaskan.
***
"Fiki, antarkan saya ke toko baju dong," pintanya Ita saat ketemu di depan SPBU. Raut wajahnya masih belum selesai namun Fiki tetap melayani pengguna jasanya. Fiki langsung mengantarkan Ita pada tujuannya.
"Fiki, kenapa raut wajahnya kok tidak seperti hari sebelumnya," tanya Ita penasaran.
"Ada masalah sedikit," lirihnya Fiki.
"Masalah apa?"
"Kamu tahu Riska itu?"
"Iya, tahu dia tetangga saya."
"Barusan saya, ke rumahnya dia untuk melamarnya. Tapi ayahnya tidak mengizinkan karena saya hanya seorang driver Grab."
"Wah beneran Fik. Kok segitunya mereka demikian, padahal kalau bicara kekayaan memang tidak ada yang menandingi, tapi masih kalah sama ayahku. Tapi, kamu tidak perlu khawatir soal jodoh pasti akan hadir untukmu yang terbaik."
"Iya Ita terimakasih." Tujuannya sudah sampai.
"Fik, tunggu ya di sini entar aku mau ikut kamu lagi," pintanya Ita sambil lalu pergi meninggalkan nya. Fiki masih terbakar dengan emosinya atas kejadian barusan.
Tidak lama kemudian Ita datang dengan membawa belanjaan nya. Raut wajahnya yang cantik terus memberikan keindahan walaupun tidak memakai kerudung. Ita memang tidak mengenal kerudung sehari-hari nya cukup memakai celana dan kaos serta jaket kerennya.
Fiki dan Ita pergi meninggalkan toko dan melaju ke arah rumah makan.
"Kamu, mau makan apa?" Tanya Ita.
"Terimakasih saja."
"Tidak Fik, kamu harus makan," paksa Ita.
"Terserah kamu saja."
"Oke, Ita langsung memesan makanan dan Fiki langsung duduk pada tempat yang sudah dipilih.
"Fik, bolehkah saya curhat sama kamu."
"Boleh, silahkan saja."
"Begini, sebenarnya saya mau menceritakan sejak dulu. Tapi, tidak punya waktu untuk menceritakan kepada kamu. Saya punya rasa lebih kepadamuÂ
atas ke jujuran dan sopan santunmu."
"Kira-kira kamu tidak salah mengatakan seperti itu, saya orangnya kurang sepadan dengan ukuran kecantikan wajahmu."
"Saya tidak perlu orang yang tampan yang penting bisa menjagaku dan selalu hadir dengan tentram."
"Berarti kamu suka padaku." Ita pun mengangguk kepala sambil lalu tersenyum dengan keanggunan wajahnya.
"Kalau begitu saya siap menjagamu."
"Terimakasih Fiki, saya siap mengikuti perintamu."
"Saya hanya minta satu. Yaitu kamu memakai kerudung dan memakai busana muslimah, karena saya tidak ingin keindahan mu diambil oleh orangÂ
lain."
"Baiklah saya akan berubah, kau adalah orang yang dicari sejak dulu. Kalau begitu mari kita maka bersama." Katanya Ita dengan senyuman indahnya menghiasi suasana makan siang.
****
Ita lebih cantik ketika memakai busana muslimah dan berkerudung. Fiki sudah menjadi suami halalnya. Perjalanan hubungannya sangat singkat sekali. Ia tidak perlu menghabiskan waktu lama berhubungan. Riska hanya bisa meneteskan air mata ketika Fiki hidup bersama istri tercintanya yang mana rumahnya dekat dengan Ita hidup bersama orang yang dicintainya.Â
Fiki yang dulunya dikenal sebagai driver Grab kini berubah sebagai bos bisnis miliknya sendiri dengan jumlah karyawan ratusan orang. Ita terus mendukung langkah suaminya menuju kesuksesan, doa-doanya selalu dipanjatkan setelah selesai shalat wajib lima waktu.
Uang bukan berarti untuk segalanya, meskipun uang melimpah belum tentu kebahagiaan akan hadir kepada jiwa seseorang. Jangan selalu melihat seseorang itu karena penampilannya, karena terkadang mereka hanya simbol menutupi dari apa yang dimiliki. Namun pada kenyataannya lebih baik daripada orang yang merendahkannya. Bahkan ia mempunyai pekerjaan yang mampu menguntungkan finansial yang menjanjikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H