Mohon tunggu...
Fauzi Anggara
Fauzi Anggara Mohon Tunggu... -

Selalu menyenangkan bila bisa berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia. Indonesia itu indah. Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, kalau hanya sekedar ingin melihat panorama alam nan indah. Cukup di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setya Novanto dan Kegagalan Regenerasi Golkar

24 Februari 2016   14:05 Diperbarui: 24 Februari 2016   14:11 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nama Setya Novanto (dalam tulisan ini akan lebih banyak menggunakan nama Setnov) mungkin tidak asing lagi bagi publik se-antero negeri ini. Tingkat popularitasnya meroket menjelang akhir tahun 2015. Mungkin, jika pilpres dilaksanakan pada akhir tahun 2015 itu, bisa jadi Setnov akan memenangi pilpres dan menjadi Presiden Republik Indonesia. Sekali lagi, bisa jadi.

Bayangkan, semua media ramai-ramai memberitakan dia sepanjang Oktober hingga Desember. Bahkan, beberapa televisi sampai membuat "Breaking News" mengupas soal sepak terjang politisi yang terpilih dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur itu. Saat itu, siapa yang tidak kenal dengan sosok Setnov.

Dia adalah aktor utama dalam sinetron "Papa Minta Saham" yang tayang dibeberapa televisi nasional serta ditulis oleh semua media online dan cetak. Mungkin, MURI perlu memberikan penghargaan kepada Setnov sebagai politisi paling populer sepanjang tahun 2015.

Namun, -ibarat lirik lagu melayu- sayang seribu kali sayang, popularitas Setnov bukan karena prestasinya memimpin DPR. Melainkan karena perilaku buruknya sebagai pimpinan DPR.

Kita tahu bersama, bagaimana akal bulus Setnov ingin merampok saham Freeport bersama koleganya M. Riza Chalid. Beruntung, ada yang merekam seluruh cerita akal bulus itu, hingga diketahui oleh publik. Meski begitu, sudah ada bukti kuat saja, Setnov selalu berkilah tidak bersalah di media. Kini, cerita soal rencana rampok merampok saham Freeport itu sedang diselidiki Kejaksaan. Kita berharap ada titik terangnya segera. Semoga Kejaksaan tidak masuk angin.

Beberapa bulan sebelum cerita akal bulus soal Freeport itu terbongkar, nama Setnov juga sudah mulai populer di masyarakat. Musababnya, apalagi kalau bukan soal pertemuannya dengan calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Celakanya, Setnov justru ikut kampanye Donald Trump di Amerika Serikat. Kira-kira, berapa juta dolar yang didapat Setnov dengan hadir di acara kampanye Donald Trump itu ya? Hanya dia dan Donald Trump yang tahu.

Nama Setnov memang cukup terkenal dalam dunia langgar melanggar etika dan hukum. Dibanyak kasus korupsi, nama Setnov selalau disebut. Penyebutan nama Setnov dalam pusara korupsi bahkan sudah terjadi sejak tahun 1999. Itu tahun pertama Setnov jadi anggota DPR.

Kasus yang terjadi tahun 1999 itu adalah Pengalihan hak piutang (cassie) PT Bank Bali kepada Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI) yang diduga merugikan negara Rp 904,64 miliar. Kasus ini meletup setelah Bank Bali mentransfer Rp 500 miliar lebih kepada PT Era Giat Prima, milik Setnov, Djoko S. Tjandra, dan Cahyadi Kumala. Namun, kasus ini kemudian mendapatkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) dari kejaksaan pada 18 Juni 2003.

Pada tahun 2003, Setnov bersama Idrus Marham, diduga sengaja memindahkan 60 ribu ton beras yang diimpor Inkud dari Vietnam, dan menyebabkan kerugian negara Rp 122,5 miliar. Keduanya dilaporkan pada Februari-Desember 2003 telah memindahkan dari gudang pabean ke gudang nonpabean. Padahal bea masuk dan pajak beras itu belum dibayar. Lagi-lagi Setnov lolos dari lubang jarum karena hanya diperiksa sekali oleh Kejaksaan Agung tahun 2006.

Nama Setnov juga disebut-sebut dalam kasus penyelundupan limba beracun (B-3) di Palau Galang, Batam pada tahun 2006. Setnov disebut berperan sebagai negosiator dengan eksportir limbah di Singapura.

Dua kasus terakhir yang disebut melibatkan Setnov adalah korupsi PON Riau tahun 2012 dan korupsi pengadaan e- KTP tahun 2013. Dari seluruh kasus hukum itu, hebatnya Setnov selalu gagal dimasukkan ke hotel prodeo.

Usai dinyatakan bersalah dalam sidang MKD terkait kasus Papa Minta Saham, dan Setnov memilih mundur sebagai Ketua DPR, kini dia justru akan maju dalam bursa calon Ketua Umum Partai Golkar.

Saya tidak habis pikir, dengan segudang kasus yang pernah melilitnya, Setnov begitu percaya diri akan maju sebagai calon Ketua Umum Golkar. Apa Setnov (meminjam istilah Lucius Karus, peneliti Formappi) sudah tidak punya urat malu lagi? Sialnya lagi, masih ada saja orang-orang yang mau mendukung Setnov. Apa barter yang akan mereka dapatkan dengan mendukung Setnov?

Jika Setnov benar-benar akan maju sebagai calon Ketua Umum Golkar, maka ini membuktikan bahwa regenerasi di Partai Golkar berjalan mandek. Partai Golkar seperti tidak bisa keluar dari bayang-bayang dan kuasa Setnov. Padahal, ada banyak kader muda potensial yang dimiliki oleh Golkar dan layak memimpin Golkar 5 tahun mendatang. Kita sebut saja misalnya, Ade Komarudin yang kini menjadi Ketua DPR.

Setnov bagi saya, dan mungkin bagi seluruh pemilih Golkar dalam pileg lalu, tidak patut dan tidak layak menjadi pemimpin Golkar. Terlalu berbahaya menyerahkan partai sebesar Golkar kepada Setya Novanto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun