Pada bulan Juni 1991 Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam. Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri, Tentara Federal diam saja.
Pada tanggal 25 September 1991 PBB mengeluarkan resolusi No. 713 dan menyatakan perhatian yang mendalam terhadap negara bekas Yugoslavia, serta meminta semua negara untuk melaksanakan embargo senjata dan perlengkapan militer lainnya. Tanggal 8 Oktober 1991 Sekjen PBB menunjuk Mr. Cyrus Vance (bekas menlu AS) sebagai utusan khusus PBB di bekas negara Yugoslavia dalam rangka penyelesaian konflik. Tindakan konkrit yang diambil adalah dengan dikirimkannya pasukan perdamaian PBB ke negara bekas negara Yugoslavia. Akhirnya pada tanggal 23 November 1991 tercapai persetujuan di Jenewa tentang gencatan senjata dan kesepakatan terhadap pengiriman pasukan perdamaian PBB. Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 743, tgl. 21 Pebruari 1992 dibentuk UNPROFOR.
Pada bulan Februari 1992, penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk merdeka. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal. Dari enam negara bagian hanya Serbia dan Montenegro yang tertinggal. Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. Pada tahun 1995 perang di Bosnia-Herzegovina berakhir dengan adanya Perjanjian Dayton.
Tahun 1999 pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan pemberontakan tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania ke wilayah tetangga. NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic menyerah dan Kosovo diberikan di bawah pengawasan internasional. Giliran penduduk Serbia yang dibersihkan secara etnis oleh KLA. Kelompok gerilyawan Albania ini juga menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo sebagai jalan menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri adalah menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni orang Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa Perang Dunia II. Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang sebelumnya dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
Kemudian pada Bulan Oktober 2000 Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu. Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Tribunal Yugoslavia. Pada bulan Maret 2002 pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni yang lebih bebas. Uni Eropa bisa menekankan tidak boleh diadakan referendum kemerdekaan (untuk Montenegro). Sejak tanggal 4 Februari 2003 negara Yugoslavia bernama Serbia Montenegro.
Disintegrasi eks Yugoslavia telah menciptakan pecahan negara-negara kecil yang tidak memiliki posisi strategis seperti.pada saat Republik Federasi Yugoslavia dulu. Bahkan tidak satupun dari negara pecahan eks Yugoslavia mempunyai posisi strategis sentral seperti eks.negara Republik Federasi Yugoslavia. Komposisi wilayah Yugoslavia yang terdiri dari daratan, laut, pantai, pegunungan, danau dan sungai-sungai yang merupakan komposisi lengkap, menggambarkan negara eks.Yugoslavia memiliki potensi sumber daya alam yang beraneka ragam dan sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi maupun bagi kepentingan pertahanan dan keamanan.
Masing-masing dari negara-negara pecahan Yugoslavia yang bergabung kedalam Masyrakat Eropa (EU), saat ini tengah berkutat dalam permasalahan ekonomi yang tak kunjung usai. Sebagai contoh Slovenia, saat ini tingkat pengangguran di negara tersebut meningkat hampir separoh dari jumlah penduduk Slovenia yang mencapai dua juta orang. Terjadinya keterpurukan ekonomi dan tingginya pengangguran ini dikarenakan sejak bergabungnya Slovenia kedalam EU, Slovenia diharuskan menutup pabrik gulanya yang berkualitas tinggi. Hal ini dikarenakan pasokan gula akan diimport dari Jerman yang sedang mengalami surplus gula. Selain daripada itu, tingginya tingkat korupsi dan penyalahgunaan wewenang semenjak jatuhnya pemerintahan Yugoslavia ikut menyumbang carut marut yang terjadi di Slovenia.
Keterlibatan Amerika dalam Operasi Balksanisasi
Keruntuhan Yugoslavia tidak terlepas dari agenda tersembunyi Amerika. Balkanisasi adalah sebuah bukti nyata kekejaman dari gerakan imperialisme yang telah terintegrasi dalam sistem keamanan global Amerika. Setelah bubarnya Uni Soviet, Pecahnya Yugoslavia menjadi negara-negara kecil tidak terlepas dari setting tersembunyi AS yang boleh dibilang merupakan agenda sesungguhnya, yakni menyingkirkan Slobodan Milosevic dari panggung politik Eropa Tenggara. Kongres AS sangat khawatir bila Slobodan membangkitkan kembali “Pakta Warsawa Baru.” Slobodan Milosevic dianggap sebagai musuh besar oleh AS seperti halnya Saddam Hussein di Irak. Habis manis sepah dibuang.
Melalui setting media yang luar biasa, dengan modus operandi agenda pelanggaran HAM berat terhadap Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic yang digambarkan sebagai setan, dengan tuntutan-tuntutan yang tidak berdasar dan simpang-siur atas pembunuhan massal dan kematian orang-orang Albania. Sebuah eksploitasi tuntutan tanpa henti atas terjadinya “pemusnahan masal terhadap suatu bangsa,” dan pemancaran secara berulang-ulang tayangan televisi dari pengungsi-pengungsi yang menderita. Hal ini dirancang secara massive untuk melemahkan, membiasakan dan menakuti-nakuti masyarakat umum dengan sangat menyakinkan melalui pemaksaan argumen. Inilah yang kemudian yang menjadi alasan AS untuk menginvasi Yugoslavia. Amerika berhasil menyerat Slobodan Milosevic ke Pengadilan HAM internasional. Dimana Slobodan Milosevic pun akhirnya gugur di dalam penjara karena diracun para penguasa. Dia disebut sebagai “The Last Mohicans” Komunis.
Berkaca dari sejarah kehancuran Yugoslavia, kita bisa membaca ulang peristiwa Reformasi 1998 sebagai skema Balkanisasi Nusantara yang dipicu dari Gerakan Reformasi 1998 namun gagal. Walau demikian, kita harus tetap waspada, karena Indonesia sudah masuk dalam agenda besar kaum imperialis Timur dan Barat.