Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sentuhan Wanita dalam Kemelut Pilkada

8 September 2024   11:12 Diperbarui: 8 September 2024   11:19 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perempuan Indah sebagai Fiksi, Berbahaya sebagai Fakta." -- Rocky Gerung.

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana perempuan sering kali dianggap indah dalam imajinasi, namun kekuatan dan dampak mereka dalam kenyataan bisa dianggap "berbahaya" karena begitu besar pengaruhnya. 

Dalam dunia politik, terutama di Indonesia, peran perempuan mulai diakui sebagai bagian penting dari perubahan dan dinamika kekuasaan. Perempuan tak hanya menjadi pelengkap, tetapi juga aktor utama dalam proses politik seperti Pilkada.

Legitimasi untuk keterlibatan perempuan dalam pemerintahan tidak hanya diakui secara simbolik, tetapi diatur secara konstitusional melalui Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Kedua regulasi ini menetapkan bahwa minimal 30% keterwakilan perempuan harus ada di lembaga eksekutif dan legislatif. 

Aturan ini memberikan landasan kuat bagi perempuan untuk tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga memegang posisi kepemimpinan di berbagai tingkatan pemerintahan.

Tak hanya di tingkat nasional, dukungan untuk kesetaraan gender juga hadir dalam bentuk agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). 

Salah satu tujuan SDGs, yakni Goal 5: Gender Equality, mendorong agar setiap negara memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan, termasuk di ranah politik. Agenda global ini memperkuat posisi perempuan Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam membangun negeri.


Wanita Berdampak dalam Sejarah Nusantara

Menariknya, sejarah Nusantara sebenarnya tidak asing dengan kesetaraan gender. Banyak tokoh perempuan yang memiliki peran signifikan dalam konstelasi politik dan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Nusantara, jauh sebelum regulasi modern mengakui hak-hak perempuan.

Dalam Kitab Pararaton, misalnya, Ken Dedes digambarkan sebagai "nareswari" atau perempuan sakral yang dianggap akan melahirkan raja-raja besar di Jawa. Sosok ini melambangkan bagaimana perempuan dalam sejarah memiliki pengaruh besar terhadap arah pemerintahan.

Demikian pula, Ratu Tribhuwana Tunggadewi, penguasa besar Majapahit, yang berhasil memperluas kekuasaan kerajaan dengan dukungan dari Mahapatih Gajah Mada. 

Selama masa pemerintahannya, Tribhuwana Tunggadewi memimpin kerajaan menuju kejayaan, menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam sejarah Nusantara.

Ratu Kalinyamat dari Jepara juga dikenang atas keberaniannya memimpin perlawanan melawan penjajah Portugis. Ia memiliki visi strategis yang jelas dalam mempertahankan wilayahnya, termasuk dalam serangan ke Malaka. 

Keberanian dan ketegasan perempuan ini menegaskan bahwa dalam sejarah politik Nusantara, perempuan memiliki peran yang jauh dari sekadar tokoh pendukung.

Yang menarik, ada juga kisah Ratu Ayu Batang alias Ratu Wetan yang berhasil mencegah perang saudara di Mataram antara Amangkurat I dan Pangeran Purbaya. 

Melalui strategi yang taktis dan pendekatan diplomatik, ia mampu meredakan ketegangan di antara dua tokoh ini, membuka jalan bagi perdamaian. Kisah ini menunjukkan bagaimana sentuhan perempuan mampu meredakan konflik dan menghindari pertumpahan darah di masa yang penuh dengan perselisihan.

Kekuatan Perempuan dalam Kemelut Politik

Sejarah Nusantara telah menunjukkan bahwa perempuan bukan hanya pelengkap dalam politik, tetapi aktor penting yang mampu menggerakkan perubahan besar. Dari Ken Dedes hingga Ratu Kalinyamat, kekuatan perempuan dalam konstelasi politik tidak bisa diabaikan.

Hari ini, perempuan Indonesia kembali memainkan peran penting dalam politik modern, termasuk Pilkada. 

Legitimasi historis dan regulasi modern yang mendukung akan membuat publik lebih sadar akan pentingnya peran wanita dalam membangun negeri yang lebih sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun