Oleh : Marzuki Umar
Menjelang pesta rakyat dirayakan
Setan-setan menggoda di balik baliho
Mutiara kata dirangkaikan bagai tembang
Performa politik dibingkaikan gelang emas
Jalan pikiran dilumuri ampau aspal curahanÂ
Ketika butiran-butiran langit menebar janji
Politikus menaruh rasa pada pelangi
Paku alam merapat di balik baliho relasi
Sembako dilambangkan tali pengekang diri
Janji demi janji dijadikan rasa gula asli
Malam itu...,Â
Paku alam nempelkan kepala di bantal sepi
Setan semakin mendekat mimpi disulap
Memori diobrak-abrik diary disegel sesaat
Bola mata diteteskan pembangkit katarak
Detik-detik bilik pemungutan suara ditegakkan
Ingatan paku alam semakin memburam
Gambar baliho tak lagi bisa dibayangkan
Nomor berapa semakin jadi suatu pertanyaan
Pikiran meraba suasana hati semakin tak tenang
Pagi itu, semua relasi pada datangÂ
Arena pesta padat dengan bisikan
Syarat pilih diarah pengatur siasat
Kedamaian jiwa kian jadi perekat
Ingatan pilihan bertambah semangat
Satu per satu dipangil sang petugas
Tangan gemetar pikiran menerawang
Satu dua tiga terus jadi perdebatan
Berdo'a sesaat minta pertolongan
Penunjukan balon mendapat cerahan
Bireuen, 3 Februari 2024
Â
Â