Oleh: Marzuki Umar
Ketika rembulan menitip butiran cahaya
Rintihan si miskin semakin membahana
Pasir putih tersenyum manis di tanah hampa
Rajawali memotret sinar jingga di kejauhan
Sang bayu menyampaikan salam dengan ramah
Menjelang fajar menyingsing
Si miskin terbangun dari buaian mimpi
Kicauan burung memperkuat imajinasiÂ
Pikirannya terpaut pada kantong rezeki
Hatinya berharap bisa dapatkan esok pagi
Pagi yang cerah...,Â
Mentari sembari menebar cinta, tapi
Bayangan rezeki bagaikan fatamorgana
Dicoba mendekati tangannya melambai
Rintihan si miskin diadukan pada laut
Pasang gelombang cita-citanya jadi terkatup
Raja siang naik sepenggalah
Bayangan rezeki terbalut mega
Syafaat bergulir antara ada dan tiada
Tentara langit bertasbih duka nestapa
Dalam sekejap dermakan kado istimewa
Rintihan si miskin sesaat berubah warna
Debu beranjak menghiasi ubun-ubun kota
Si miskin menghitung jari-jari buat belanja
Beras dan telur sumber daya yang utama
Minyak goreng dan garam penyedap rasa
Bumbu dapur dilengkapi seadanya
Harapkan dapur berasap kala waktunya
Siang bolong langit semakin membiru
Langkahnya dihentakkan pada aspal buram
Bola matanya menyenter gubuk kumal
Lubuk hati yang dalam selalu bergumam
"Mungkinkah zat penyambung nyawa akan terus didapatkan?Â
Bireuen, 24 Januari 2024
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI