Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Silaturahmi Guru Aktif dan Purnabakti, Bermanfaatkah?

14 Januari 2024   23:47 Diperbarui: 15 Januari 2024   00:30 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumen Pribadi

Oleh : Marzuki Umar, M. Pd. 

Belum lama ini, penulis mendapat telfon dari sahabat sejati, Pak Mukhlis Puna, yang kini masih aktif menebar ilmu melalui salah satu lembaga pendidikan ternama di Lhokseunawe. Dalam kontaknya, beliau menginformasikan sebuah acara yang bertajuk silaturahmi. Rasanya detik itu pula gayung bersambut, apalagi tempat yang diusung boleh dikatakan area yang teduh dan sejuk, yaitu Gunung Salak, Aceh. 

Bersilaturahmi bukanlah ajang komersial sebatas mempertontonkan pada orang lain, sehingga dengan begitu orang lain akan datang berduyun-duyun untuk menikmati sekaligus menirunya. Bersilaturahmi juga bukan sekadar hura-hura tanpa makna, yang dapat menguras energi termasuk waktu dan kesempatan yang ada. 

Hal ini dapat kita saksikan sendiri perjalanan perdaban di era semrawut seperti sekarang ini. Ajang pertemuan yang dilaksanakan secara hura-hura oleh pihak-pihak tertentu tanpa nilai yang berarti. Anehnya, kadang-kadang temu ramah itu sampai larut malam cuma sekadar nongkrong-nongkrong saja di warung kopi atau coffee. Hasilnya lebih kepada gosip atau gunjingan. Kalaupun terdapat keceriaan hanya sebatas kesenangan sesaat. 

Apabila kita tinjau lebih jauh, kumpul-kumpul semacam itu sia-sia. Lalu..., mengapa hal tersebut bisa terjadi, yang kadangkala bukan hanya pada diri kaula muda tapi juga orang dewasa? Secara kasar mata, perilaku itu suatu hal yang lumrah. Namun, jika kita tinjau lebih mendalam, budaya seumpama tersebut dapat mengemuka dikarenakan para pelakunya yang kurang paham akan faedah daripada temuan itu sendiri. 

Oleh karena itu, alangkah bahagianya apabila sesuatu program yang akan dimanifestasikan itu bisa diwujudkan dalam bingkai silaturrahmi. Misalnya saja silaturrahmi antara guru aktif dengan sosok purna bakti. Terus, hasil positif apa saja yang dapat diambil manfaatnya dengan aktivitas silaturrahmi itu? Dapatkah hal itu terjalin dengan baik? Di manakah arena persahabatan itu bisa digelar?

Guna mendapatkan keuntungan yang maksimal, pencanangan program-temu harus lebih dahulu dimatangkan. Baik itu menyangkut dengan aktivitas, tujuan, waktu, dana, tempat, dan peserta serta transportasi harus benar-benar jelas. Itu semua adalah untuk melahirkan kebersamaan. Dengan demikian, tindakan yang akan dilaksanakan lebih terarah. 

Bagaimana yang Dinamakan Silaturrahmi? 

Sepintas, istilah silaturrahmi ini memang bukanlah kegiatan yang baru lahir dalam era-era terakhir ini. Akan tetapi, budaya ini sudah dikenal sejak zaman dahulu. Namun, berkat pengaruh teknologi beserta kemajuan di bidang lainnya, pranata silaturrahmi yang sesungguhnya ini kian sirna. Seolah-olah segala sesuatu hal dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan dapat dusalurkan melalui handphone. 

Baca juga: Bunga Idaman

Silaturrahmi sesungguhnya adalah suatu bentuk kasih sayang antarsesama dan meluas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), silaturahmi dapat bermakna hubungan tali persahabatan atau persaudaraan. Arti penting ini kiranya tidak sulit untuk kita makanai karena cukup lugas. Akan tetapi, mungkin implementasinya yang mesti dipahami dengan baik, sehingga pencapaiannya itu persis sebagaimana yang diinginkan. 

Baca juga: Si Kecil yang Arif

Contoh dekat yang mungkin masih dalam retensi atau ingatan kita dalam masalah undang-mengundang saat acara walimah atau pesta pernikahan. Khususnya di Aceh, perilaku mengundang cukup bersahaja. Tuan rumah atau yang diwakilkannya sengaja datang ke rumah tujuan untuk mengundang. Jembatan yang diacunya cuma sirih dan rokok, bukan kartu undangan atau WA. 

Demikian juga dengan pertemuan untuk berbagai hajat atau kebutuhan lainnya, baik bersifat individual maupun kelompok atau organisasi. Semua itu sebaiknya diniatkan untuk acara silaturahmi. Menyangkut dengan silaturahmi yang dilaksanakan oleh sekelompok guru aktif bersama guru yang telah dan sedang menjalani purnabakti, semestinya manfaat apa saja yang bakal terungkap. Bahasan berikut akan memberitahu selayang pandang mengenai hal itu. 

Mempererat Persaudaraan

Sebagaimana kita pahami bahwa tugas atau jabatan memiliki masanya masing-masing. Bagi yang masa tugasnya masih panjang, maka dia dinyatakan tenaga aktif. Sedangkan bagi sudah pensiun itu digelar dengan purnabakti. Sekalipun begitu, pada dasarnya keduanya itu adalah teman sekerja atau kolega yang berkiprah dalam satu wadah sesuai dengan SK yang dimilikinya. 

Perpisahan yang kelak terjadi, itu dikarenakan masa baktinya yang menetukan. Perpisahan ini sebenarnya hanya bersifat ragawi sedangkan batiniahnya masih tetap terpaut satu sama lainnya. Jika sewaktu-waktu antara kedua belah pihak memiliki keluauangan dan kesempatan, silaturahmi adalah ajang persaudaraan. Dengannya, ikatan persaudaraan dan persahabatan akan tetukir sepanjang hayat, bukan saja antar pesona tapi juga antar keluarga. 

Sebaiknya, jika hubungan silaturahmi hanya berlangsung ketika sama-sama dalam satu ikatan kerja, maka saat sudah menjadi purnabakti, hubungan persaudaraan dimaksud akan terkubur sama sekali. Akhirnya, rasa peduli antarsesama itu sudah jauh dalam jiwa mereka. Sikap ini tentu harus dijaga dan dijauhkan di dalam kehidupan persaudaraan. 

Saling Menukar Informasi

Selama berpisah dalam satu lembaga atau organisasi, informasi yang berkembang dan yang dimiliki oleh masing-masing tentu berbeda, baik yang masih aktif mapun yang sudah pensiun. Melalui temu ramah yang dirangkaikan dalam skop silaturahmi, maka saling menukar informasi akan dapat disampaikan dengan baik. 

Rangkaian informasi yang diperoleh saat itu akan menambah wawasan baru bagi kedua belah pihak. Mungkin saja informasi tersebut berbentuk masalah yang membuat ikatan kekeluargaan terputus. Dengan adanya informasi ini, masing-masing pihak akan memikirkan langkah bijak dalam upaya meleraikannya. 

Dalam hal ini diupayakan untuk tidak menebar gosip tetapi lebih kepada celah pencerahan. Apalagi kadang-kadang petaka tersebut jatuh pada salah satu keluarga dalam lingkup persaudaraan, yang selama ini tidak pernah terungkap. Akhirnya, keluarga yang kena musibah hanya terpaku dalam penderitaan tanpa adanya curhat kepada yang lain. 

Saling Membagi Ilmu dan Pengalaman

Setiap orang mustahil memiliki segala hal yang tangguh, termasuk ilmu pengetahuan dan pengalaman. Siapa pun orangnya pasti banyak kekurangannya, lebih-lebih masalah ilmu. Lebih di satu sisi kurang di sisi yang lain itu lumrah terjadi. 

Merupakan suatu daya tarik tersendiri bagi pencetak silaturrahmi. Mengapa demikian? Hal ini dapat kita maklumi bahwa ilmu itu mahal harganya, sementara berbagi ilmu itu wajib hukumnya. Melalui hubungan silaturahmi, guru aktif dan purnabakti ini akan memiliki peluang dan kesempatan yang luar biasa untuk berbagi ilmu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. 

Menurut perspektif kamus bahasa Indonesia, "kata ilmu memiliki arti pengetahuan terkait bidang tertentu, dan dibuat secara sistematis. https://www.gramedia.com. Diakses 14 Januari 2024 pukul 22.30 WIB. 

Tentu, ilmu yang disampaikan berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kebermanfaatannya sangatlah besar. Bayangkan saja bahwa pertemuan yang dijuluki hanya beberapa saat saja. Maksimal dua atau tiga jam, itu sudah cukup lama. Namun, kedua belah pihak masing-masing dapat meraih segudang ilmu yang disampaikan secara ikhlas dalam waktu yang relatif singkat itu. 

Yang lebih beruntung dan berbahagia lagi, yang diutarakan saat itu bukan hanya ilmu-ilmu usang ketika bersama-sama dalam satu wadah. Akan tetapi, dalam sekejap bernacam ilmu baru dapat ditebarkan secara gamblang. Misalnya ilmu dagang yang selama ini hanya sebatas mimpi. Namun, berkat adanya silaturrahmi ini semuanya bisa tercetus dengan baik. 

 Begitu juga dengan pengalaman. Pengalaman merupakan suatu kondisi atau gejala yang dirasakan atau dialaminya. Ini pun jauh berbeda antara guru yang masih aktif dengan yang pensiun. Bahkan, saat semuanya masih aktif pun, yang namanya pengalaman itu berbeda. Masing-masing akan dapat menularkan pengalaman uniknya itu dalam wadah silaturahmi. Misalnya, bagaimana pengalaman mengelola kelas agar selalu kondusif. Ini sungguh berharga bagi pendidik yang masih bertugas. 

Sungguhpun sama-sama pada posisi yang searah dan setaraf, pengalaman yang terdapat mutlak beda. Terlebih yang dihadapi para siswa yang memiliki kemampuan, kemauan, dan kepedulian yang beragam. Dalam perjalanan yang begitu sengit, torehan beragam pengalaman pun bertolak belakang antara satu dengan lainnya. Dengan karakter yang berbeda pengalaman tidak akan sama. 

Hal tersebut mungkin pernah penulis alami dalam menghadapi peserta didik merokok di dalam area sekolah. Pengakaman yang cukup berkesan di sini adalah terhadap karakter yang dimiliki dua orang siswa. Yang karakternya keras tidak boleh dihadapi dengan sikap keras pula tapi baginya harus kita jadikan teman dengan batas yang wajar. Kondisi ini tidaklah cukup hari itu saja tapi minimal dua kali seminggu dengan pendekatan persuasif. Kalau dirinya kita hadapi dengan beringas, selain berdosa dan perubahan ke arah yang lebih baik tidak bakal terjadi. Bahkan, upaya merokok lebih daripada itu dilakukannya. Sementara bagi siswa yang karakternya pendiam tapi seperti api dalam sekam, itu cukup dengan bujukan dan pandangan positif saat itu jua. Mungkin bagi orang lain bisa jadi tidak seperti itu. 

Melepaskan Penat

Tugas memang perlu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa memandang siapa dan di mana ia bekerja. Profesionalitas harus tetap dipelihara. Jika tidak, petaka lama kelamaan akan menimpanya. Namun, bekerja tetus menerus tanpa jeda dan hiburan, akan dapat membawa pelakunya bosan, jenuh, penat, bingung, dan sejumlah karatan jiwa lainnya yang akan menggores di hati. 

Agar segala keresahan jiwa tersebut dapat tersingkirkan, rekreasi singkat dalam wadah silaturahmi adalah solusi yang efektif dan efisien. Kegiatan ini tidak mesti berhari-hari dengan memilih tempat yang jauh. Ajang ini boleh saja diprioritaskan tempat-tempat terdekat, bersih, nyaman, sejuk, dan potensial. 

Langkah tersebut akan dapat memberi makna yang positif dengan berbagai kehematan serta dapat memberi peluang bagi banyak rekan atau sahabat. Apabila hubungan persahabatan dan persaudaraan ini diarahkan ke tempat yang jauh, banyak negatifnya. Peserta yang ikut terbatas dengan berbagai alasan, waktu terkuras, dompet bocor/robek, dan banyak sisi lemah lainnya. Akhirnya, silaturahmi tidak terwujud seperti yang diinginkan. 

Yang paling penting adalah area yang kita tuju itu memiliki panorama yang indah. Perantaraan panorama itulah secara perlahan tapi pasti, segala kepedihan yang kita alami itu akan hilang sama sekali. Otak kita akan menjadi fres dan pikiran tidak akan luntang-lantung ke hal-hal yang negatif. Dengan begitu, setiap kita akan dapat menjalankan aktivitas kembali sesuai dengan titah masing-masing tanpa dilumuri lumpur berbau busuk. 

Kesimpulan

Silaturahmi adalah ajang kreativitas handal yang dapat dimanifestasikan oleh setiap individu atau kelompok. Pertemuan singkat, padat, dan jelas dalam wujud silaturahmi akan dapat mempertebal hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang bermutu. Apabila citra silaturahmi ini tidak dilanjutkan dengan cara-cara positif dan menyenangkan, keakraban dan keharmonisan yang selama ini kita dambakan tak akan terwujud sama sekali. Akhirnya, bagi yang masih aktif tertembok dengan sejumlah bebannya, dan yang paripurna terkulai dengan budaya pensiunnya. Kabar kabur antar keduanya tak kan bersinar lagi. 

Penulis adalah : Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun