Oleh : Marzuki Umar
Pagi yang cerah
Si kecil yang arif matanya terbelalak
Keranjang cimilan kian sepi
Botol bimoli menghembus napas biru
Goni beras tergantung mulutnya ke bawah
Periuk telungkup berbalut semburan debu
Linangan air mata datang tak diundang
Isak tangis ditutupi pada handuk usang
Kegelisahan menghampiri secara bergantian
Tingkah tak karuan dituding pada kokok ayam
Siulan tetangga tambah jadi pikiran
Tiba-tiba badannya diselimuti meriang
Mulutnya terkatup pikirannya menerawang
Tanya ibunya lama tak dihiraukan
Perutnya ditopang dengan gorengan semalam
Gumam mulutnya minta pertolongan
Kelesuan menemaninya dengan setia
Omongan si kecil yang arif sulit tertata
Bujukan bundanya dialihkan pada kondisi alam
Ungkapan kepedihan tak mau dimuntahkan
Alat tukar menukar jadi perhitungan kelam
Basa basi takkan mampu buat pencerahan
Bola matanya tak sedetik pun berkedip
Ingatannya dialihkan pada kaleng lusuh
Recehan celengan setahun lalu jadi suratan
Pembangkit semangat mencuat seketika
Depot dagangan tersirat dalam dada
Bunda...bun...bunda...,Â
Suaranya tak jelas terbata-bata
Ujung jarinya dilekat pada kaleng menua
Barang belanjaan menjadi pertimbangannya
Susunya beli yang bagaimana
Isi periuk beli secukupnya
Cimilan jangan beli Israel punya...!Â
Akhirnya...,Â
Celengan berwujud perlengkapan
Kesedihan berubah jadi kesenangan
Si kecil yang arif menuai kebahagiaan...!Â
Bireuen, 8 Januari 2024