Dalam diskusi yang santai namun terasa berbobot, ketiga narasumber berhasil menampilkan sosok Romo Mangun dengan jeli. Potret dan cara para narasumber itu memotret sosok Romo Mangun yang besar ini, sungguh sangat mengesankan.
Bagi Prof. Komaruddin, Romo Mangun yang menjadi sahabat dekat Kiai Hamam di pondok pesantren Pabelan tempat ia menimba ilmu, adalah sosok yang tak tergantikan. Kebesaran Romo Mangun sebagai guru bangsa karena ia menjadi guru iman dan mewujudkan hidup berimannya dengan solidaritas kemanusiaannya yang sangat mengagumkan.Â
Romo Mangun tidak hanya bicara dan menulis. Ia menghidupi dan melaksanakan idealisme yang ia bicarakan itu. Bagi Romo Mulyatno, kata kunci Romo Mangun adalah kesetiakawanan.Â
Romo Mangun mewariskan kepada kita semua agar kesetiakawanan itu tidak menjadi kata-kata kosong. Inayah Wahid cerita, bagaimana Romo Mangun sangat dekat dengan keluarga Gus Dur.
"Coba waktu bapak saya jadi Presiden, Romo Mangun masih ada dan belum meninggal, beliau pasti akan menjadi tandem dahsyat dalam membangun bangsa ini bersama Gus Dur", ujarnya.
Ngobras 18 Mei 2024 di BBJ itu cuma 3 jam. Namun dalam waktu sesingkat itu, anak-anak muda yang hadir mulai bisa mengenal dengan baik siapa Romo Mangun. Juga hidup dan karyanya yang luar biasa bagi bangsa ini.Â
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, yang kemudian dikenal sebagai Romo Mangun ini, lahir di Ambarawa pada 6 Mei 1929. Ia wafat pada 10 Februari 1999 di Hotel Le Meridien Jakarta, di sela-sela seminar tentang buku dan pendidikan karena serangan jantung. Ia meninggal dalam pelukan sahabatnya Sobari.Â
Jenazah Romo Mangun kemudian disemayamkan di gereja Katedral Jakarta. Presiden Habibie datang melayat bersama ibu Ainun. Presiden juga mengirim pesawat Hercules untuk menerbangkan jenazah Romo Mangun ke peristirahatan terakhir di Yogyakarta. Ketika belajar di Aachen Jerman, Habibie muda adalah sahabat baik Romo YB Mangunwijaya.
Tidak terasa, 25 tahun sudah Romo Mangun meninggalkan kita semua. Tidak terasa seperempat abad sudah kita ditinggal tokoh yang besar. Romo Mangun adalah seorang tokoh dengan sejumlah predikat.
Ia adalah tokoh multidimensional: dari tentara pelajar hingga pastor, dari arsitek hingga novelis, dari dosen hingga pekerja kemanusiaan, yang bergumul dengan penderitaan masyarakat bawah. Ia berperang melawan Belanda, dalam arti yang sesungguhnya.