Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Berkolaborasi dan Bersinergi dalam Konsep Belajar Kehidupan

6 September 2024   05:55 Diperbarui: 6 September 2024   06:11 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup adalah proses berkelanjutan tentang kolaborasi dan sinergi dengan sesama dalam siklus kehidupan yang penuh makna. Belajar dalam konteks kehidupan nyata sudah pastinya menempatkan kolaborasi dan sinergi sebagai roh dasar pembelajaran untuk mengunggulkan nilai-nilai humanisme di dalamnya." (Audacia)

Ujian dengan sistem kolaboratif baru pertama kali dialami oleh Eka selama belajar di sekolah. Sebelumnya, ujian terjadwal urut per mata pelajaran dengan alokasi waktu tertentu. 

Namun kali ini, Eka tidak mendapatkan jadwal ujian seperti biasanya namun jadwal proyek kolaboratif di akhir semester. Perbedaan rutinitas ini cukup membuat Eka bertanya-tanya dalam hati tentang nasib proses belajarnya, antara bingung dan rasa ingin tahu yang begitu besar.

Suatu ketika Eka sedang memahami dan berpikir dengan beberapa temannya terkait ujian kolaboratif akhir semester tentang "Kembali ke Alam" yang meliputi mata pelajaran Geografi, Agama, Bahasa Indonesia, dan Fisika. 

Eka dan teman-temannya mencoba berpikir kreatif terkait proyek yang akan dibuatnya sehingga meng-cover empat mata pelajaran sekaligus dalam prosesnya. Berbagai ide bermunculan, diskusi panjang tampak begitu asyik menyelimuti kelompok belajar itu.

Eka bercerita bahwa kelompoknya mengusung tema "Penghijauan ala Dunia Digital", sebuah rancangan menanam tumbuh-tumbuhan dengan sarana bukan tanah dan melakukan pemeliharaan lewat kontrol teknologi terapan. 

Mereka begitu asik dengan tantangan itu sebagai sebuah pemikiran sekaligus terobosan dalam belajar berkolaboratif.

Merdeka Berimajinasi dan Berkolaborasi

Merdeka belajar memberikan kemerdekaan dalam berpikir dan berimajinasi pada anak-anak sehingga ada suasana senang sekaligus menantang bagi mereka untuk bereksplorasi ide sesuai dengan topik yang sedang dicanangkan. 

Inilah harapan sekaligus impian dari sebuah esensi belajar yang sesungguhnya, anak-anak layaknya "bermain" dalam sebuah pembelajaran yang penuh makna dan tantangan.

Berimajinasi sejatinya menjadi bagian dari proses perkembangan pribadi yang sangat vital bagi setiap orang untuk mengembangkan kemampuan diri secara holistik, baik secara kognitif, afektif, kinestetik, dan komitmen pada hal-hal baik dan berguna. 

Seringkali keluarga dan juga dunia pendidikan ambil bagian dalam mengkerdilkan imajinasi dengan segala "penjara aturan" ataupun "badai tuntutan" yang seringkali tidak memberikan peluang dan kesempatan bagi anak-anak untuk merdeka dalam berpikir, merdeka dalam berasa, dan merdeka dalam berekspresi.

Literasi dalam keluarga lewat berbagai bacaan, tontonan, dan ujaran lisan ataupun komunikasi lisan yang berkualitas senantiasa memberikan dampak yang begitu hebat bagi perkembangan imajinasi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya. 

Kebiasaan literasi dalam keluarga dari sejak dini bagi anak-anak pasti memberikan pengaruh yang mendalam dalam membentuk cara berpikir dan bersikap anak-anak. 

Literasi dalam keluarga rupanya memberikan pengaruh pada perkembangan anak, Itu pun terjadi pada Eka yang rupanya memiliki kebiasaan membaca buku di keluarganya, bahkan sejak kecil dia sudah dibacakan kisah-kisah inspiratif oleh orang tuanya.

Ujian kolaboratif tidak menjadi halangan atau gangguan bagi Eka dan teman-teman, justru hal itu menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi diri dalam imajinasi dan bekerjasama satu sama lain untuk mewujudkan ide atau imajinasinya.

Mengolah Nilai-nilai Hidup

Imajinasi Eka dan kawan-kawan tentang "Penghijauan ala Dunia Digital" menjadi sebuah kegembiraan dalam belajar, tidak lagi hanya berkutat tentang hafalan-hafalan dan ujian yang justru menakutkan dan mengkhawatirkan. Belajar bukan menjadi proses yang diakhiri dengan ketakutan dan keterpurukan, bahkan traumatik yang mendalam karena kegagalan yang didapat. 

Eksplorasi imajinasi, dinamika implementasi, dan kegembiraan dalam tantangan positif sejatinya menjadi corak unggul dalam sebuah pembelajaran sejati yang bermakna.

Penghijauan ala dunia digital ini memberikan kesempatan aplikatif yang lebih mendalam dan berguna dalam kehidupan nyata bagi anak-anak. Dalam satu proyek, mereka berusaha membuat kolaborasi dan sinergisitas dari sudut pandang: Geografi, Agama, Bahasa Indonesia, dan Fisika. 

Masing-masing pelajaran akan mengambil bagiannya dengan berdaya guna dalam kesatuan ide.

Kolaborasi mata pelajaran akan memberikan wawasan yang berkualitas bagi anak-anak tentang kreativitas dan inovasi, seperti dalam "Penghijauan ala Dunia Digital". Geografi akan memberikan sumbangsih keilmuannya tentang tanah dan tumbuhan. Fisika akan sangat berperan dalam mendesain perangkat digital dalam konsep penghijauan. 

Bahasa Indonesia pastinya mengambil porsi tentang deskripsi dan presentasi ke publik tentang ide hebat itu. Dan, Agama memberikan kedalaman makna kehidupan (life values) di balik proyek kolaboratif tersebut.

Pembelajaran kolaboratif menjadi pembelajaran yang sangat dinamis, tidak monoton lagi. Anak-anak akan menemukan dunia penuh makna dalam proses memaknai ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia. 

Di sanalah ada proses aktualisasi pendidikan yang sangat mengagumkan. Hal ini tentunya juga menjadi kebahagiaan sekaligus menjadi tantangan bagi para pendidik untuk mendesain pembelajaran kolaboratif dan sinergis yang penuh makna.

Sebuah impian besar, pendidikan atau khususnya sekolah menjadi tempat penuh eksploratif, ekspresif, dan apresiatif tentang imajinasi dan ide-ide yang membawa kebaikan dan makna kehidupan yang melegakan. Pendidikan tidak lagi menjadi tempat yang menakutkan dan penuh beban, namun pendidikan menjadi tempat yang menyenangkan dan penuh tantangan untuk berkembang dengan gembira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun