Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (3): Kembali ke Masyarakat, Pedulinya Pembelajaran

1 September 2021   04:05 Diperbarui: 1 September 2021   04:03 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak tidak hanya belajar tentang kehebatan teori belakan tetapi lebih dari itu mereka belajar tentang seni menjalani hidup ini. Dead Poets Society dengan apa yang dilakukan guru Keating menjadi sebuah visualisasi yang hebat akan pembelajaran yang menembus tembok kelas.

Kembali ke Masyarakat

Seorang guru Keating versi Indonesia, sang guru, pun sedang berjalan dengan santai menuju kelas Bahasa Indonesia. Tak lama dia bicara dengan para siswa di depan kelas, tampak para siswa keluar kelas berdua-dua. Lebih heran lagi, para siswa itu juga keluar tembok sekolah melalui gerbang utama sekolah. Ke manakah mereka? Apa yang akan mereka lakukan?

Setelah hampir empat puluh menit semuanya itu berjalan, tampak para siswa mulai memasuki kelas kembali. Lalu, apa yang mereka bawa dari luar sekolah? Beberapa saat kemudian tampak seorang siswa menceritakan pengalamannya saat keluar sekolah. 

Dengan suara yang halus, dia begitu runtut menyampaikan proses komunikasi dia dengan masyarakat menengah bawah yang ada di sekitar sekolah. Dia bersama temannya sempat berbincang-bincang dengan penjual mie ayam. 

Dan mereka berdua merasa bahwa perjuangan penjual mie ayam itu begitu berat karena uang seribu rupiah sangat berarti baginya, beda dengan dia yang setiap hari mendapat uang saku lima ribu dengan mudah.

Ada juga siswa yang bercerita tentang tukang becak yang dia ajak berbincang-bincang. Dia bersama temannya dibuat kaget sekaligus kagum pada bapak itu karena bapak itu dalam sehari hanya mendapat 15.000 sampai 30.000 tapi dia bisa menghidupi keluarganya dan juga menyekolahkan tiga orang anaknya. 

Mereka begitu kagum akan perjuangan bapak becak itu karena bapak itu menginginkan anak-anaknya harus tetap sekolah walau penghasilannya sedikit.

Masih begitu banyak kisah yang didapat para siswa ketika mereka belajar tentang kehidupan di luar sekolah.

Mereka tidak hanya sekedar belajar tentang materi wawancara dan menulis laporan yang menjadi pokok bahasan Bahasa Indonesia siang itu tetapi yang lebih penting dan bermanfaat adalah mereka belajar tentang perjuangan hidup dan bagaimana mereka mesti menghargai hidup mereka sendiri.

Pembelajaran Sinergis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun