Hal ini juga menjadi tantangan, yang membutuhkan pertobatan hati dan jiwa secara pribadi dan komunal. Mulailah berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan orang lain, dan berdamai dengan semua ciptaan.
Semua ini wajib kita lakukan agar dapat tercipta warga Indonesia baru, yang sehat akal, yang mendiami nusantara.
Berhentilah tergoda dengan desisan ideologi keliru, yang berusaha menunggani politik bangsa kita. Kembalilah, dan berjuanglah untuk warisan Sang Baginda yaitu kedamaian, agar kelak kita pun berbahagia, Â entah kini atau nanti.
Marilah kita belajar dari Martin Luther King, Jr, bahwa “Membalas kekerasan dengan kekerasan akan melipatgandakan kekerasan, menambahkan kekelaman yang lebih mendalam kepada malam yang sudah tidak berbintang. Kekelaman tidak dapat menghalau kekelaman: hanya terang yang dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat menghalau kebencian: hanya cinta kasih yang dapat melakukannya. Kebencian melipatgandakan kebencian, kekerasan melipatgandakan kekerasan, dan ketegaran melipatgandakan ketegaran dalam lingkaran kehancuran yang kian mendalam ... Reaksi berantai dari kuasa jahat - kebencian melahirkan kebencian, peperangan menghasilkan lebih banyak lagi peperangan - harus dipatahkan, atau kita akan terjerumus ke dalam liang pemusnahan yang gelap. Â
Kata Paus Paulus VI, untuk memiliki kedamaian sejati, kita harus memberinya jiwa. Jiwa damai adalah cinta. Berdamailah untuk Indonesia yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H