Pasca adu politik Indonesia: Apa yang diwariskan padamu?
Kembali kepada cerita di atas. Seandainya kita adalah anak Sang Raja, apakah yang bisa kita lakukan sebagai anak pasca mendapatkan warisan ini?. Sebagai orang muda yang berada di luar arena politik, saya melihat ada beberapa hal yang dapat kita pelajari bersama berangkat dari situasi politik yang terjadi sambil berkiblat pada pesan Paus Fransiskus diatas.Â
Jika sebuah kekuatan  politik tidak ditunggangi dengan baik, yaitu hanya demi segelintir orang yang memiliki hak istimewa dan berduit, maka masa depan dapat dengan mudah dikompromikan. Komunitas milenial pun dapat tergoda untuk kehilangan kepercayaan, karena terdegradasi ke pinggiran masyarakat tanpa kemungkinan membantu membangun masa depan.Â
Akan tetapi ketika politik benar-benar memupuk bakat anak muda dan aspirasi mereka, kedamaian tumbuh dalam pandangan dan wajah mereka.
"Aku percaya padamu dan denganmu aku percaya", adalah sebuah ekspresi yang hendak menegaskan bahwa kita semua bisa bekerja sama untuk kebaikan bersama, khususnya demi menciptakan arena berpolitik yang damai. Politik adalah layanan perdamaian jika menemukan ekspresi dalam pengakuan atas potensi dan kemampuan masing-masing individu. Bersama dengan hati yang besar dan kecerdasan kita, tangan kita juga bisa menjadi sarana dialog ", demikian kata Paus Fransiskus.
Idealnya setiap partai politik atau setiap orang dapat menyumbangkan bahan bangunan untuk membantu membangun 'rumah bersama', sebuah rumah yang hangat bagi seluruh penduduk Indonesia.
Sudah saatnya kita meniupkan aura kehidupan politik yang otentik, yang didasarkan pada hukum dan dalam hubungan yang jujur dan adil antara individu, pengalaman, dan pembaruan. Kami juga percaya bahwa di dalam rumah perdamaian ini, setiap wanita dan pria yang lahir dari generasi berikutnya akan lebih kuat dalam mengembangkan politik yang relasiolnal, Â intelektual, berakar pada budaya, dan spiritual yang baru.
Kepercayaan semacam itu akan tidak mudah dicapai, karena telah diwariskan oleh iklim ketidakpercayaan, rasa rendah hati, sulitnya mengakui keunggulan atau kelebihan orang lain, gengsi untuk bekerja sama, atau kecemasan berlebihan jika diangkat menjadi seorang pemimpin. Saat ini, lebih dari sebelumnya, masyarakat Indonesia membutuhkan "pengrajin perdamaian" yang bisa menjadi utusan dan saksi otentik Sang Pencipta, yang akan menjadi kebaikan dan kebahagiaan manusia.
Kesimpulan
Perdamaian adalah sebuah proyek raksasa. Perdamaian ini adalah buah dari proyek politik yang dilandaskan pada tanggungjawab bersama masing-masing orang.