Mohon tunggu...
Martino
Martino Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Freelance Writer

Gemar Menulis, Penimba Ilmu, Pelaku Proses, Penikmat Hasil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Aroma Jatuh ke Hati

29 Desember 2017   23:51 Diperbarui: 30 Desember 2017   00:02 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertemuan yang tak pernah disangka,terjadi apa adanya. Saat letih menyelimuti diri, ia hadir memberi arti.

Beberapa bulan terakhir, rutinitas utamaku berubah menjadi pejuang tugas akhir (baca: skripsi). Itu pula yang membuatku tak mengendurkan semangat jika ingin lulus tepat waktu. Meskipun aku merasa sedikit kepayahan mengatur waktu kegiatan-kegiatanku. Seperti halnya hari ini. Janji bertemu dengan dosen pembimbing bersamaan dengan jadwal interview dan agenda lainnya memacuku kembali mengatur energi.

Pagi ini bimbingan skripsiku yang kelima. Tampak mendekati akhir terasa semakin sulit. Terasa benar apa kata pepatah latih "Ad astra per aspera"--sebuah pencapaian memang perlu pengorbanan, rintangan, kesulitan.Tantangan jadwal pagi semakin berat, sebab selalu memaksaku meninggalkan sarapan dan berdesakan di gerbong KRL Maklum, sebagai orang yang moody, dua hal tadi bisa sangat berpengaruh pada mood-ku seharian saat beraktifitas.

Tantangan itu semakin berwarna jika musim hujan datang. Maklum, efeknya bagi pejalan kaki dan pengguna angkutan umum sepertiku, harus rela kebasahan jika sedang sial  ditengah perjalanan. Ah, tapi itu sama sekali tidak melunturkan semangatku menyelesaikan tugas akhir. Hanya saja aku harus meningkatkan kewaspadaanku agar aktivitasku tidak terhambat.  

Khusus pagi ini aku menggunakan ojek online untuk mengantarkanku ke stasiun KRL. Mengingat aku harus bergegas agar tak terlambat. Tak disangka, inilah awal perjuanganku hari ini. Ditengah perjalanan, 200 meter menjelang stasiun, hujan turun. Tanggung memang, tapi jika dipaksakan pasti kadung basah. Akhirnya kami menepi untuk mengenakan jas hujan sederhana. Meskipun tak menutup semuanya, tapi lumayanlah untuk melanjutkan perjalanan sampai stasiun.

Setibanya distasiun, aku langsung bergegas masuk KRL tujuan Jakarta. Tampaknya kereta sudah sangat padat. Benar saja, begitu masuk penumpang sudah berdesakan. Aku langsung terhimpit dalam posisi berdiri didekat tiang pembatas. Saat aku mencoba membuat posisiku nyaman dengan menaruh posisi tas berada didepan, tiba-tiba "Jedugg!" Keningku menghantam tiang didepanku karena terdorong penumpang lain yang berhimpitan.

"Ahh..aduh", aku mengerang kesakitan.

Rupanya eranganku menarik perhatian seorang ibu yang duduk tepat disebelah tempatku berdiri.

"Aduh, gak papa mbak?, coba dikasih ini mbak supaya gak memar"ujar ibu itu sambil menyodorkan sesuatu digenggamannya.

"Oh iya bu, ga apa-apa" jawabku smbil masih memegangi kening.

"Diolesin aja mbak, ga papa lumayan buat ngilangin nyerinya" sambungnya sambil menyodorkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun