Mohon tunggu...
Martin Karakabu
Martin Karakabu Mohon Tunggu... Guru Kampung yang Tertarik pada Dunia Bloging dan Menyukai Kegiatan di Luar Lapangan -

https://www.karakabu.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjelasan dan Contoh Pembicara Pertama dalam Lomba Debat Bahasa Indonesia

3 Maret 2018   13:40 Diperbarui: 3 Maret 2018   13:50 148653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi lomba debat Bahasa Indonesia/ sumber foto: dokumentasi pribadi

Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih; baik perorangan maupun kelompok. Tujuannya adalah mempengaruhi lawan untuk mengikuti opini atau gagasan si pembicara; atau dalam konteks lomba untuk meyakinkan juri kalau argumentasi tim tersebut yang paling baik, paling logis, dan paling bermanfaat bagi masyarakat.

Mekanisme dalam debat sangat banyak, termasuk istilah-istilah soal debat itu sendiri. Saat ini saya hanya menyampaikan tugas pembicara pertama (pro atau kontra) disertai dengan contoh.

Tugas pembicara pertama, baik pro maupun kontra meliputi lima hal:

  • Pembukaan
  • Menyampaikan pembembagian tugas masing-masing pembicara dan garis besar bahan yang akan disampaikan.
  • Mendefinisikan topik debat beserta batasan argumentasi.
  • Menyampaikan argument berdasarkan tugas pembicara pertama sekaligus meringkas point-point pembicaraan yang telah disampaikan.

Saya akan jelaskan satu persatu dan disertai dengan contoh penerapannya

 

  • Pembukaan

Dalam pembukaan lomba debat, tugas seorang pembicara pertama adalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada moderator, memberi salam kepada dewan juri dan menyapa seluruh hadirin (termasuk tim lawan).

 

Contoh:

Terima kasih kepada moderator atas kesempatan yang diberikan;

Dewan juri yang terhormat, tim lawan, dan hadirin yang kami muliakan.

Selamat siang dan salam sejatera bagi kita semua.

  • Menyampaikan pembembagian tugas masing-masing pembicara dan garis besar bahan yang akan disampaikan.

Bagian ini seorang pembicara pertama bertugas untuk menjelaskan peran dan tugas dari masing-masing pembicara (P 1, P 2, dan P 3).

 

Contoh:

Dewan juri dan hadirin sekalian,

Sebelum kita mendebatkan mosi kita pada siang hari ini, izinkanlah kami dari SMA Kristen Kanaan Jakarta untuk memperkenalkan diri. Saya Clarista sebagai pembicara pertama. Tugas saya ialah memberi batasan pada mosi, menjelaskan kata kunci, dan mengutarakan dasar argumentasi tim kami.

Di sebelah kiri saya ada Vania sebagai pembicara kedua, tugasnya adalah menanggapi argumentasi tim lawan, menguatkan argumentasi tim kami dengan contoh dan fakta-fakta berdasarkan kontruksi berpikir tim pro. Selanjutnya yang paling ujung Evan sebagai pembicara ketiga akan menanggpi kembali pernyataan dari tim kontra. Kemudian menguatkan argumentasi tim kami, dan merangkum pernayataan dari pembicara pertama dan kedua.

Bagian akhir dari sistematika debat ini akan ditegaskan kembali oleh saya sendiri sebagai pembicara pertama tim pro dalam pidato penutup.

  • Mendefinisikan topik debat beserta batasan argumentasi.

Bagian ini pembicara pertama menjelaskan dasar argumentasi yang diambil dari kata kunci pada mosi yang diperdebatkan oleh kedua tim. Disini perlu diingat bahwa setiap argument harus mendukung tim tersebut. Misalnya tim A berada pada posisi yang mendukung atau pro. Mosinya adalah MENDENGARKAN MUSIK SAAT BERKENDARA TIDAK BERBAHAYA. Jadi argumentasinya harus mendukung bahwa mendengarkan musik saat berkendara tidak berbahaya.

 

Contoh argumentasi:

Hadirin sekalian, mosi yang diperdebatkan pada siang hari ini adalah MENDENGARKAN MUSIK SAAT BERKENDARA TIDAK BERBAHAYA. Agar pembicaraan ini terarah maka kami tim pemerintah membatasi latar dari kata kunci berkendara di wilayah Jakarta. Selanjutnya ada tiga kata kunci yang menjadi dasar argument tim pro. Pertama mendengarkan musik, kedua berkendara, dan terakhiradalah berbahaya.

Mendengarkan berasal dari kata dasar dengar, yakni suatu aktifitas menangkap suatu bunyi melalui indra pendengaran tanpa harus berusaha memahami maksud dibalik bunyi tersebut (Keraf, 12:1992). Hal ini tentu berbeda dengan kata menyimak yakni berusaha secara sunggu-sunggu untuk memahami bunyi yang ditangkap melalui indra pendengaran atau telinga. Sedangkan musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama tertentu, seperti regge, pop, dandut, dan lain sebagainya.

Jadi mendengarkan musik yang kami maksudkan adalah upaya mendengarkan instrument musik tertentu tanpa berusaha memahami bunyi-bunyi tersebut.

Kata kunci kedua adalah berkendara, yakni duduk di atas sesuatu yang dinaiki atau ditunggangi. Sesuai mosi ini maka yang dimaksudkan dengan kata dinaiki atau ditunggangi ialah kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Jadi bukan kuda atau unta yang kami maksudkan pada kata kunci yang kedua ini.

Terakhir adalah berbahaya. Kata kunci tersebut kami maknai sebagai suatu keadaan yang tidak normal.

Jadi berkendara sambil mendengarkan musik sama sekali tidak berbahaya karena tidak ada upaya untuk memahami bunyi musik tersebut sehingga kosentrasi saat berkendara tetap ada. Oleh karena itu kami tim pro sangat mendukung mosi ini dengan dua dasar argumentasi.

Pertamakarena mendengarkan musik dan berkendara adalah dua aktifitas yang berbeda dan melibatkan dua indra yang berbeda pula sehingga tidak menimbulkan bahaya; sekali lagi kami tegaskan bahwa mendengar disini adalah upaya sambil lalu tanpa ada usaha memahami arti atau makna dari bunyi-bunyi tersebut.

Kedua berangkat dari kata kunci ketiga tentang bahaya yang kami makna sebagai suatu keadaan; kata tersebut bukan kata benda melainkan kata sifat. Yakni keadaan tersebut bisa terjadi jika orang atau oknum dengan sengaja menimbulkan hal itu terjadi. Artinya selama yang bersangkutan tidak mengijinkan hal itu terjadi maka bahayapun tidak akan terjadi. Dasar argumentasi ini terlepas dari konteks teologi tentang Tuhan.

  • Menyampaikan argument berdasarkan tugas pembicara pertama sekaligus meringkas point-point pembicaraan yang telah disampaikan

Bagian ini berisi rangkuman dari dasar argument yang dijelaskan oleh pembicara pertama.

 

Contoh

Jadi sekali lagi kami tegaskan bahwa bahaya tidak akan terjadi hanya karena orang mendengarkan musik saat berkendara. Selama yang bersangkutan tidak mengijinkan keadaan tersebut terjadi. Apalagi hanya karena mendengarkan musik tanpa ada upaya memahami musik tersebut. Kata lainnya adalah sang pengendara masih bisa berkosentrasi dengan kendaraan yang dikendarai. Poinya ialah suatu keadaan bisa terjadi hanya jika seseorang mengijinkan keadaan tersebut terjadi.

Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.        

Baca Juga: Mengapa Harus Ada Materi Debat dalam Pelajaran Bahasa Indonesia

Format lengkap dari pembicara pertama tim pro adalah sebagai berikut:

Terima kasih kepada moderator atas kesempatan yang diberikan;

Dewan juri yang terhormat,

tim lawan, dan hadirin yang kami muliakan.

Selamat siang dan salam sejatera bagi kita semua.

Sebelum kita mendebatkan mosi kita pada siang hari ini, izinkanlah kami dari SMA Kristen Kanaan Jakarta untuk memperkenalkan diri. Saya Clarista sebagai pembicara pertama. Tugas saya ialah memberi batasan limitasi pada mosi, menjelaskan kata kunci, dan mengutarakan dasar argumentasi tim kami.

Di sebelah kiri saya ada Vania sebagai pembicara kedua, tugasnya adalah menanggapi argumentasi tim lawan, menguatkan argumentasi tim kami dengan contoh dan fakta-fakta berdasarkan kontruksi berpikir tim pro. Selanjutnya yang paling ujung Evan sebagai pembicara ketiga akan menanggpi kembali pernyataan dari tim kontra. Kemudian menguatkan argumentasi tim kami, dan merangkum pernayataan dari pembicara pertama dan kedua.

Bagian akhir dari sistematika debat ini akan ditegaskan kembali oleh saya sendiri sebagai pembicara pertama tim pro dalam pidato penutup.

Hadirin sekalian, mosi yang diperdebatkan pada siang hari ini adalah MENDENGARKAN MUSIK SAAT BERKENDARA TIDAK BERBAHAYA. Agar pembicaraan ini terarah maka kami tim pemerintah membatasi latar dari kata kunci berkendara di wilayah Jakarta. Selanjutnya ada tiga kata kunci yang menjadi dasar argument tim pro. Pertama mendengarkan musik, kedua berkendara, dan terakhiradalah berbahaya.

Mendengarkan berasal dari kata dasar dengar, yakni suatu aktifitas menangkap suatu bunyi melalui indra pendengaran tanpa harus berusaha memahami maksud dibalik bunyi tersebut (Keraf, 12:1992). Hal ini tentu berbeda dengan kata menyimak yakni berusaha secara sunggu-sunggu untuk memahami bunyi yang ditangkap melalui indra pendengaran atau telinga. Sedangkan musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama tertentu, seperti regge, pop, dandut, dan lain sebagainya.

Jadi mendengarkan musik yang kami maksudkan adalah upaya mendengarkan instrument musik tertentu tanpa berusaha memahami bunyi-bunyi tersebut.

Kata kunci kedua adalah berkendara, yakni duduk di atas sesuatu yang dinaiki atau ditunggangi. Sesuai mosi ini maka yang dimaksudkan dengan kata dinaiki atau ditunggangi ialah kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Jadi bukan kuda atau unta yang kami maksudkan pada kata kunci yang kedua ini.

Terakhir adalah berbahaya. Kata kunci tersebut kami maknai sebagai suatu keadaan yang tidak normal.

Jadi berkendara sambil mendengarkan musik sama sekali tidak berbahaya karena tidak ada upaya untuk memahami bunyi musik tersebut sehingga kosentrasi saat berkendara tetap ada. Oleh karena itu kami tim pro sangat mendukung mosi ini dengan dua dasar argumentasi.

Pertamakarena mendengarkan musik dan berkendara adalah dua aktifitas yang berbeda dan melibatkan dua indra yang berbeda pula sehingga tidak menimbulkan bahaya; sekali lagi kami tegaskan bahwa mendengar disini adalah upaya sambil lalu tanpa ada usaha memahami arti atau makna dari bunyi-bunyi tersebut.

Kedua berangkat dari kata kunci ketiga tentang bahaya yang kami makna sebagai suatu keadaan; kata tersebut bukan kata benda melainkan kata sifat. Yakni keadaan tersebut bisa terjadi jika orang atau oknum dengan sengaja menimbulkan hal itu terjadi. Artinya selama yang bersangkutan tidak mengijinkan hal itu terjadi maka bahayapun tidak akan terjadi. Dasar argumentasi ini terlepas dari konteks teologi tentang Tuhan.

Jadi sekali lagi kami tegaskan ulang; bahwa bahaya tidak akan terjadi hanya karena orang mendengarkan musik saat berkendara. Selama yang bersangkutan tidak mengijinkan keadaan tersebut terjadi. Apalagi hanya karena mendengarkan musik tanpa ada upaya memahami musik tersebut. Kata lainnya adalah sang pengendara masih bisa berkosentrasi dengan kendaraan yang dikendarai. Poinya ialah suatu keadaan bisa terjadi hanya jika seseorang mengijinkan keadaan tersebut terjadi.

Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.        

Baca juga:

Percayalah Kepada Muridmu Mereka akan membuatmu bangga jadi guru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun