Â
Solusi Menangani Kasus Gisi Buruk di Papua
Menangani masalah sosial di Papua memang cukup rumit. Saya katakan seperti ini berdasarkan penglihatan dan pengalaman saya selama 27 tahun berada di propinsi paling timur Indonesia itu, baru tahun 2013 pindah ke Jakarta.
Solusi jangka pendek memang memberikan perhatian medis, bantuan dokter, dan lain sebagainya sebagai bentuk solidaritas dan tanggung jawab negara sudah benar. Tetapi itu bukan solusi yang tepat.Â
Apalagi seperti yang ditawarkan oleh presiden Jokowi soal relokasi warga. Dikutip dari tabloid Jubi; menurut saya itu hanya akan menimbulkan masalah baru karena masyarakat Papua (sebagain besar), pola hidupnya sangat dekat dengan alam (baca: hutan). Solusi yang diberikan bapak Presiden untuk jangka pendek  dan langkah antisipasi itu adalah hal yang baik. Tetapi untuk jangka panjang "tuan dan nyonya yang terhormat" ini solusinya:
- Membangun Sarana dan Prasarana
Program pembangunan jalan trans Papua dan tol laut oleh Presiden Jokowidodo menurut saya sangat menjawab kebutuhan masyarakat Papua; karena itulah masalah utama di propinsi paling timur Indonesia itu bukan KLB. Jauhnya akses dengan kota dan minimnya sarana transportasi menjadi kendala terbesar bagi masyarakat lokal, maupun guru dan petugas medis yang bertugas di wilayah pedalaman Papua. Jika ini dibiarkan maka kasus seperti KLB di Asmat pasti akan terjadi lagi di belahan wilayah Papua yang lain.
Mengapa?
Jawabannya karena minimnya (bahkan tidak ada) petugas medis yang datang atau menetap di daerah-daerah terpencil seperti Fef dan sekitarnya karena fasilitas sangat tidak mendukung.
Butuh waktu sekitar 12 jam untuk mencapai distrik Fef jika cuaca sedang baik. Kalau musim hujan, maka butuh waktu 1 atau 2 hari untuk sampai di tempat tujuan karena jalanan yang dilalui pasti tidak bersahabat, tanah liat bercampur lumpur sungguh menyulitkan pengemudi. Apabila terjadi situasi seperti ini maka dapat dipastikan penumpang dan pengemudi harus bermalam di jalan.
Kalaupun bernasib baik maka sampai di tempat tujuan akan disambut dengan kegelapan yang pekat dan gulita sebab daerah tersebut belum ada listrik. Mall? Tak usah dibayangkan sebab satupun tidak ada. Sinyal HP? Kalau ada satu bar berarti keajaiban. Disini yang tersisa hanya kabut tebal yang menyelimuti hutan perawan di wilayah tersebut.