Di antara pilihan level kepedasan satu hingga tiga, saya memilih level kepedasan di angka dua. Â Saya suka pedas, namun jika sudah terlalu pedas, maka biasanya lidah saya sudah tidak bisa menikmati lagi kelezatan makan tersebut. Â Kepedasan level dua merupakan level paling aman, menurut saya.
Memesan makanan via aplikasi GO-FOOD terbilang mudah. Â Sama mudahnya ketika saya memesan kendaraan via GO-RIDE atau GO-CAR, yang kedua-duanya juga merupakan bagian dari aplikasi GO-JEK.
Jika memesan GO-RIDE atau GO-CAR, biasanya sang supir akan menelepon saya untuk memastikan bahwa orderan ini merupakan orderan nyata (bukan fiktif), maka saat saya memesan via GO-FOOD, sang supir akan menelpon saya untuk memastikan bahwa pesanan makanan saya sudah benar dan sesuai dengan yang tertera di aplikasi.
Proses penyiapan hingga pengantaran makanan terbilang sangat cepat. Â Saya tak perlu menunggu terlalu lama untuk bisa menikmati menu ayam geprek yang saya pesan. Â Rasa penasaran saya tentang Ayam Geprek ini pun terbayarkan sudah!
Bisa dibilang, Ayam Geprek merupakan perpaduan 'Ayam Kentucky' (sebuah istilah yang disematkan pada hidangan ayam goreng tepung yang memiliki tampilan serupa dengan ayam goreng milik brand Kentucky Friend Chicken) dengan hidangan tradisional Indonesia.
Sesuai dugaan saya, baik Ayam Penyet maupun Ayam Geprek, dua-duanya harus melalui proses 'dilindas' cobek sebelum dilumuri sambal khasnya. Â
Menu Ayam Geprek ternyata bermula seorang penggiat bisnis sederhana bernama ibu Ruminah, pemilik Warung Ayam Geprek Bu Rum di Yogyakarta.
Kompas Travel memberitakan bahwa ibu Ruminah membuat ayam geprek pertama tahun 2003.
Awal pembuatan ayam geprek sebenarnya karena diminta oleh pelanggannya, seorang mahasiswa asal Kudus, Jawa Tengah yang meminta ayam goreng tepungnya diberi aneka sambal.
Hidangan ayam geprek ternyata disukai banyak orang. Mulai dari mahasiswa, pekerja kantoran, sampai wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Â Sejak saat itu, Ruminah telah membuka enam cabang warung ayam geprek yang tersebar di daerah Yogyakarta. Ia dibantu 23 pegawai dan anak-anaknya dalam mengelola bisnis warung ayam geprek.