Mohon tunggu...
Maria Theressa
Maria Theressa Mohon Tunggu... Guru - Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata. Akun twitter : @hommel_edu

Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ayam Penyet dan Ayam Geprek, Pilih Mana?

3 Juni 2018   10:19 Diperbarui: 3 Juni 2018   15:56 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah 'Ayam Penyet' sudah tak asing lagi sejak saya masih duduk di bangku perkuliahan pada awal tahun 2000-an.  Ayam Penyet merupakan penganan umum yang kerap dijajakan oleh para pedagang kaki lima di lingkungan kampus.

Pertama-tama, pembeli memilih potongan ayam favoritnya.  Setelah itu, bisa minta dibakar atau digoreng sesuai selera.

Sebelum disandingkan dengan nasi hangat di atas piring, si penjual harus dengan sekuat tenaga 'melindas' potongan ayam itu menggunakan cobek dan ulekan.  Selanjutnya, potongan ayam yang telah menjadi 'penyet' itu dibaluri sambal tomat nan menggugah selera. Ah, terbayang sedapnya!

Bagi mahasiswa yang membutuhkan hidangan mengandung protein, patutlah sesekali merogoh koceknya untuk menikmati penganan yang satu ini.  Harga yang relatif murah, cukup terjangkau bagi kantong mahasiswa, yang biasanya 'kembang-kempis'.

Kurang lebih satu dasawarsa kemudian, ketika hidup saya sudah tidak berjibaku lagi di area kampus, saya mendapati ada menu ayam lain.  Ayam Geprek.

Saya kerap melihat beberapa kios makanan, dari restoran kecil hingga restoran besar yang menjajakan menu ayam geprek di sepanjang pinggir jalan.  Hal ini terpampang nyata di papan-papan toko yang sengaja diletakkan di depan kios.

Bahkan ada restoran besar yang khusus menjual menu ayam geprek saja.  Tapi, ada juga beberapa pedagang kaki lima yang juga menjual menu ayam geprek.

Saya lumayan mengernyitkan dahi ketika membaca tentang level kepedasan yang bisa serta-merta diatur sesuai dengan keinginan si pembeli.  Sekilas, nostalgia ayam penyet zaman kuliah pun melintas dalam benak saya.

Para penggiat bisnis ini rupanya kian kreatif.  Ada-ada saja cara mereka menarik pembeli, pikir saya.  Ayam geprek atau ayam penyet, sama-sama  hidangan ayam yang 'dilindas' cobek dan ulekan!

Ketika hidup saya beralih dari mahasiswa menjadi seorang pekerja kantoran, tentulah tak banyak waktu tersisa untuk menjajaki arena-arena kuliner yang bertebaran di sekitar wilayah tempat tinggal, maupun di sekitar kantor

 Sepulang bekerja, tubuh biasanya terasa terlalu penat untuk sekedar jalan ke luar dan mencari penganan untuk makan malam.  Belum lagi, rasanya terlalu hampa jika makan malam seorang diri.

Maklum, bagi seorang yang masih lajang di usia matang, rasanya akan lebih asyik jika makan malam ditemani oleh beberapa teman sambil nongkrong.

Namun apa daya, hal itu hanya mungkin terwujud jika akhir pekan tiba.  Hari Senin hingga Jumat, setiap orang punya kehidupan pribadi di luar kantor yang masih perlu diperjuangkan masing-masing.

Ada yang harus mengurus anak di rumah, ada yang harus mengerjakan proyek tambahan supaya bisa memperoleh penghasil tambahan di luar kantor, ada yang harus mengurus orang tua yang mulai sakit-sakitan, pokoknya semua orang punya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sungguh berbeda dengan kehidupan zaman kuliah, dimana 'kehidupan pribadi' di luar kampus masih agak serupa satu sama lain, yaitu tugas-tugas kampus  bertumpuk-tumpuk yang diberikan oleh para dosen tercinta!

img-20180603-wa0005-5b135c4fbde57555ed2bce22.jpg
img-20180603-wa0005-5b135c4fbde57555ed2bce22.jpg
Tren 'ayam geprek' yang kerap saya lihat, akhirnya mengundang keingintahuan untuk mencobanya sendiri.  Namun, ya itu tadi, rasanya terlalu hampa jika saya melangkahkan kaki menuju kios penjual ayam geprek dan makan sendirian di sana.

Masa saya harus menunggu hingga akhir pekan, padahal perut saya sudah keroncongan sekarang? 

Akhirnya, jasa antar makanan online-lah yang akhirnya menjadi 'penyelamat' sebelum akhir pekan tiba. Secepat membalikkan tangan, saya pun meraih smartphone dan mengarahkan jemari saya ke aplikasi GO-JEK.

Selanjutnya, saya meng-klik bagian GO-FOOD dan mulai menelusuri restoran yang menjual menu ayam geprek yang lokasinya tak jauh dari tempat tingga saya.

Melalui fitur pilihan 'NEAR ME' pada aplikasi GO-FOOD saya dapat menelusuri restoran-restoran yang lokasinya tak jauh dari lokasi tempat tinggal saya.

Tak dinyana, ada banyak sekali hasil pencarian yang muncul.  Berarti, penganan ayam geprek kini juga mulai merambah di dunia online, pikir saya.

Tak tanggung-taggung, ada banyak variasi menu ayam geprek yang ditawarkan; ayam geprek mozzarella, ayam geprek saus telur asin, ayam geprek keju, dan lain sebagainya.  Saya pun memilih menu ayam geprek original.

Di antara pilihan level kepedasan satu hingga tiga, saya memilih level kepedasan di angka dua.  Saya suka pedas, namun jika sudah terlalu pedas, maka biasanya lidah saya sudah tidak bisa menikmati lagi kelezatan makan tersebut.  Kepedasan level dua merupakan level paling aman, menurut saya.

Memesan makanan via aplikasi GO-FOOD terbilang mudah.  Sama mudahnya ketika saya memesan kendaraan via GO-RIDE atau GO-CAR, yang kedua-duanya juga merupakan bagian dari aplikasi GO-JEK.

Jika memesan GO-RIDE atau GO-CAR, biasanya sang supir akan menelepon saya untuk memastikan bahwa orderan ini merupakan orderan nyata (bukan fiktif), maka saat saya memesan via GO-FOOD, sang supir akan menelpon saya untuk memastikan bahwa pesanan makanan saya sudah benar dan sesuai dengan yang tertera di aplikasi.

Proses penyiapan hingga pengantaran makanan terbilang sangat cepat.  Saya tak perlu menunggu terlalu lama untuk bisa menikmati menu ayam geprek yang saya pesan.  Rasa penasaran saya tentang Ayam Geprek ini pun terbayarkan sudah!

img-20180603-wa0004-5b135ca0ab12ae574b3e81c2.jpg
img-20180603-wa0004-5b135ca0ab12ae574b3e81c2.jpg
Ternyata, ada sedikit perbedaan antara Ayam Penyet dan Ayam Geprek.  Ayam Penyet yang saya kenal sejak zaman kuliah tidak dibaluri tepung garing dalam penyajiannya, sedangkan Ayam Geprek dibaluri tepung garing dan gurih.

Bisa dibilang, Ayam Geprek merupakan perpaduan 'Ayam Kentucky' (sebuah istilah yang disematkan pada hidangan ayam goreng tepung yang memiliki tampilan serupa dengan ayam goreng milik brand Kentucky Friend Chicken) dengan hidangan tradisional Indonesia.

Sesuai dugaan saya, baik Ayam Penyet maupun Ayam Geprek, dua-duanya harus melalui proses 'dilindas' cobek sebelum dilumuri sambal khasnya.  

Menu Ayam Geprek ternyata bermula seorang penggiat bisnis sederhana bernama ibu Ruminah, pemilik Warung Ayam Geprek Bu Rum di Yogyakarta.

Kompas Travel memberitakan bahwa ibu Ruminah membuat ayam geprek pertama tahun 2003.

Awal pembuatan ayam geprek sebenarnya karena diminta oleh pelanggannya, seorang mahasiswa asal Kudus, Jawa Tengah yang meminta ayam goreng tepungnya diberi aneka sambal.

Hidangan ayam geprek ternyata disukai banyak orang. Mulai dari mahasiswa, pekerja kantoran, sampai wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.  Sejak saat itu, Ruminah telah membuka enam cabang warung ayam geprek yang tersebar di daerah Yogyakarta. Ia dibantu 23 pegawai dan anak-anaknya dalam mengelola bisnis warung ayam geprek.

Jika ditanya, mana yang lebih saya suka, Ayam Penyet atau Ayam Geprek?  Ayam Penyet membangkitkan kenangan perjuangan hidup sebagai anak kuliah dan anak kos.

Saat-saat ketika tubuh ini memerlukan asupan protein di tengah-tengah tugas kampus yang bejibun, hidangan ayam penyet menjadi alternatif yang bisa dinikmati kala itu.

Hidangan Ayam Geprek merupakan wujud inovasi yang diwujudkan oleh orang-orang sederhana, seperti ibu Ruminah.  Dulu, tak pernah terbayangkan konsep level kepedasan yang bisa diatur-atur.

Paling-paling kadar kepedasan hanya berdasarkan permintaan pembeli, mau pakai cabai rawit berapa butir.

Dulu, tak pernah terbayangkan para penggiat bisnis rumahan mampu menjual makanannya dengan harga yang tak terlampau berbeda jauh meski menggunakan jasa transportasi online.

Biasanya, jika menggunakan jasa transportasi untuk mengantarkan makanan pada pembeli membutuhkan biaya yang cukup mahal.  Hal ini membuat selisih harga makan di tempat dengan makan yang diantar ke rumah menjadi berbeda lumayan jauh.

Kini, dengan adaya aplikasi GO-FOOD, selisih harga makan di tempat dengan makan di rumah menjadi tak terlalu jauh lagi.   

Inovasi yang dilakukan GO-FOOD mampu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi orang-orang sederhana yang giat dalam berbisnis kecil-kecilan.

Langkah inovatif memang dibutuhkan kehadirannya di perputaran dunia yang semakin cepat belakangan ini. Semua kalangan berhak melakukan inovasi untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat penggunanya.

Inovasi ayam geprek memberikan warna baru dalam dunia per'ayam goreng'-an, begitu juga inovasi GO-FOOD dalam dunia bisnis restoran.  Jadi, Ayam Penyet atau Ayam Geprek? 

Bicara soal rasa makanan, hal itu tentu saja tergantung mood saya lagi ingin menikmati "warna" makanan yang mana.  Cheers!

REFERENSI

INI WARUNG AYAM GEPREK YANG DIKLAIM PERTAMA DI INDONESIA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun