Yang terakhir keluar dari minibus adalah aku. Kupastikan jendela minibus sudah tertutup sempurna. Kami tinggalkan senjata tajam yang dipinjamkan pak Syarif ke dalam minibus. Lalu aku turun dan menuju ke api unggun. Kupadamkan dulu apinya, baru aku naik ke mobil nomer dua.
Bismillah. Kami pun meninggalkan minibus dan gelapnya hutan.
Mobil satu langsung menuju ke hotel, sedangkan mobil dua akan mampir ke rumah sakit dulu. Anggi dan Fred perlu penanganan dokter.
Esoknya kondisi kaki Anggi sudah membaik. Fred masih harus dirawat di rumah sakit. Kakinya patah, sehingga ia harus dioperasi. Tulangnya jauh lebih rapuh daripada Anggi.
Kanaya? Tampaknya ia bakal kapok ikut tour ke hutan. Tapi gak tau juga ya. Karena sepertinya Anggi punya bakat khusus dalam membujuk seseorang.Â
Pak Lukman, bu Prita dan Kevin sudah sampai di Jakarta. Bu Prita mengirimkan sebuah pesan padaku: Mbak Martha, pengalaman kemarin sangatlah menegangkan. Kami mungkin trauma, mungkin juga tidak. Tapi kami percaya, suatu hari nanti kami akan bisa bercerita tentang kejadian itu sambil tertawa.
Aku tersenyum membaca pesan dari bu Prita.
Benar. Akan datang hari dimana kita bisa menertawakan kesedihan, keterpurukan, dan musibah yang kita alami.
Semoga hari itu tidak lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H