Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Padma (Cerita Pendek)

23 Juli 2024   09:40 Diperbarui: 23 Juli 2024   14:01 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bunga (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sesekali, aku tidak ragu untuk menanyakan alasan di balik kunjungan mereka ke toko bunga ini. Biasanya, aku langsung memberikan saran, rekomendasi, atau pilihan bunga tertentu yang kurasa cocok untuk acara atau momen yang sedang mereka rayakan.

Sejauh ini, tidak pernah ada pembeli yang datang kedua kalinya untuk protes. Sebaliknya, mereka malah kembali ke toko untuk menanyakan sisa stok bunga favoritnya. Entah mengapa, rekomendasiku selalu disambut dengan baik oleh para pembeli dan pelanggan toko ini.

Di luar itu semua, aku pun masih terus belajar untuk mencari kebahagiaan yang telah lama hilang. Melalui setiap tangkai dari bunga, aku mencoba merangkai kebahagiaan itu, berusaha untuk mengambil kembali kepingan kenangan yang mulai disapu bersih oleh waktu. Setiap kelopak yang terbuka menjadi lambang harapan dan kasih yang sempat aku rasakan. Kehangatan yang pernah ada, selalu menguatkanku untuk terus mencari kebahagiaan yang sejati.

Bunga-bunga yang kini terpajang indah pada setiap raknya akan terus mengingatkanku pada ingatan manis bersama ayah dan ibu, yang kini telah tiada.

Kami terpisah amat jauh, melintang dibatasi ruang dan waktu, terpaut oleh jurang antara kehidupan dan kematian.

*

Enam bulan sudah kulalui menjadi tukang bunga. Sejauh ini, aku bisa menyimpulkan bahwa pembeli yang datang umumnya adalah orang dewasa, umurnya beragam mulai dari remaja umur dua puluhan, hingga opa dan oma yang berumur tujuh puluhan.

Aku senang memberi tebakan umur dari pembeli yang datang. Ketika tiba di kasir, aku memberikan tebakan umur mereka dalam hati, lalu menuliskannya pada sebuah kertas kosong.

"Dua remaja, seragam SMA, 18 tahun," tulisku di kertas itu.

"Satu om-om, kemeja ketat, wangi parfum dry-wood, kisaran 40 tahun," lanjutku menulis.

Suatu waktu, pernah ada seorang gadis kecil yang datang berkunjung ke toko. Paras wajahnya sangat manis, lesung yang muncul di kedua pipinya ketika tersenyum menambah kecantikannya. Aku tidak tahu persis mengenai umurnya, tapi dari seragam yang ia gunakan, aku bisa menebak gadis itu masih duduk di bangku SD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun