Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Membedah Perspektif Pram dalam Film "Kukira Kau Rumah"

20 Februari 2022   00:09 Diperbarui: 20 Februari 2022   00:29 7411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana sosiologi mempelajari fakta sosial, Durkheim menjelaskan bahwa fakta sosial itu dapat berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu. Dalam hal ini, Pram yang dikendalikan oleh kesedihannya itu melakukan tindakan-tindakan di luar kesadarannya.

Kalo dari tipe yang dipaparkan sama Emile Durkheim, tindakan Pram pada ujung film ini cenderung mengarah kepada tindakan yang altruistik. 

Mengapa demikian? Hal ini tentu diakibatkan oleh kekosongan pada diri Pram. Tindakan altruistik sendiri diartikan sebagai tindakan yang terjadi akibat integrasi sosial yang terlalu cepat. Gampangnya, tindakan Pram ini persis kayak lirik lagu Saudade oleh Kunto Aji, biarlah akuu dikutuk, dan engkau yang dirayakaan~~.

Akhir kata, saya ingin mengutip kata-kata manis dan bikin nyesek yang ada dalam bukunya Bernard Batubara. Judulnya aja mirip banget sama premis dari Kukira Kau Rumah, yakni "Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri":

"Kebanyakan orang lebih senang menceritakan sisi manis dari cinta. Sedikit sekali yang mampu berterus terang mengakui dan mengisahkan sisi gelapnya. Padahal, meski tidak diinginkan, selalu ada keresahan yang tersembunyi dalam cinta..

Bukankah kisah cinta selalu begitu? Di balik hangat pelukan dan panasnya rindu antara dua orang, selalu tersimpan bagian muram dan tak nyaman. Sementara, setiap orang menginginkan cinta yang tenang-tenang saja.

Aku tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu. Kecuali, kalau kau bilang bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Untuk hal itu, aku setuju. Masih beranikah kau untuk jatuh cinta?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun