Sebagaimana sosiologi mempelajari fakta sosial, Durkheim menjelaskan bahwa fakta sosial itu dapat berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu. Dalam hal ini, Pram yang dikendalikan oleh kesedihannya itu melakukan tindakan-tindakan di luar kesadarannya.
Kalo dari tipe yang dipaparkan sama Emile Durkheim, tindakan Pram pada ujung film ini cenderung mengarah kepada tindakan yang altruistik.Â
Mengapa demikian? Hal ini tentu diakibatkan oleh kekosongan pada diri Pram. Tindakan altruistik sendiri diartikan sebagai tindakan yang terjadi akibat integrasi sosial yang terlalu cepat. Gampangnya, tindakan Pram ini persis kayak lirik lagu Saudade oleh Kunto Aji, biarlah akuu dikutuk, dan engkau yang dirayakaan~~.
Akhir kata, saya ingin mengutip kata-kata manis dan bikin nyesek yang ada dalam bukunya Bernard Batubara. Judulnya aja mirip banget sama premis dari Kukira Kau Rumah, yakni "Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri":
"Kebanyakan orang lebih senang menceritakan sisi manis dari cinta. Sedikit sekali yang mampu berterus terang mengakui dan mengisahkan sisi gelapnya. Padahal, meski tidak diinginkan, selalu ada keresahan yang tersembunyi dalam cinta..
Bukankah kisah cinta selalu begitu? Di balik hangat pelukan dan panasnya rindu antara dua orang, selalu tersimpan bagian muram dan tak nyaman. Sementara, setiap orang menginginkan cinta yang tenang-tenang saja.
Aku tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu. Kecuali, kalau kau bilang bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Untuk hal itu, aku setuju. Masih beranikah kau untuk jatuh cinta?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H