Mohon tunggu...
Marsha Devana Wahab
Marsha Devana Wahab Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gadis biasa di khatulistiwa. Begundal yang manis. Pemberontak yang santun. Pemuda harapan bangsa. marshawahab@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Harga Mahal Keperawanan (Tulisan Iseng di Saat Luang)

23 Desember 2009   10:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Motivasi tertentu, dalam hal ini, duit, tampang keren, juga menjadi salah satu faktor lain mengapa Si Cewek tetap bertahan sama Si Cowok yang notabene setali tiga uang dengan Cruella Devil versi pria. Kasarnya dih, menurut teman2 yang saya jadikan objek survey, cewek-cewek seperti ini bisa disebut sebagai cewek matre.

Tidak dipungkiri, matre itu perlu lho. Beneran. Kalimat2 yang sering menggema dari bibir para hawa ;
“Mang mau makan apa?? Makan cinta!!??”
Ada benarnya.
Terlebih bagi mereka yang berpacaran dalam taraf serius, alias sudah mencari suami. Kematangan mental, kesiapan dalam hal pemikiran/psikologi, dan materi benar-benar dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Namun, ‘matre’ itu ada kadarnya lah. Ada tingkatannya. Tidak juga harus berlebih2an, namun kekurangan juga jangan. Kalau lebih, ya Alhamdulillah, rejeki dia. Kalau biasa2 saja, ya Alhamdulillah juga. Syukuri saja. Toh, segala sesuatu yang berlebih2an terkadang akan membawa masalah.
Percaya kan?? Contoh konkrit, sesorang yang kelebihan harta bisa saja lupa diri. Karena lupa diri bisa membawa dirinya ke hal2 yang negatif.
Tiga TA. Tau tiga TA?? Yang menghancurkan para pria. HarTA, tahTA, waniTA. Jika harta sudah berlebih, tahta tinggi, maka bukan tidak mungkin kehancuran selanjutnya akan datang dari wanita.

Begitu juga dengan hal fisik. Kerap kali orang tidak realistis dalam menjadi hubungan dikarenakan hubungan itu hanya sebatas pajangan saja. Hanya ingin menaikkan pamor saja. Jujur, dalam konteks ini, saya kurang begitu mengerti, namun subjek survey saya banyak yang mengatakan hal ini turut menjadi faktor, karena itu saya sertakan dalam tulisan saya, kali aja ada teman2 yang mengerti.

Terakhir.
Faktor ‘X’.
Ada banyak faktor X dalam hal ini. Namun yang akan saya jabarkan disini cukup satu. Faktor ‘X’ yang, bagi saya, sangat mengkhawatirkan.

Teman-temanku yang kusayangi, pernahkah kalian mendengar, atau bahkan (mohon maaf) mengalami suatu keadaan dimana kalian atau teman kalian tidak bisa meninggalkan pacar karena hilangnya”segel dari Tuhan”??

Saya pernah mendengar suatu kejadian, dimana seorang perempuan dibunuh oleh kekasihnya karena menuntut untuk dinikahi, seorang perempuan mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya, namun tetap saja keukeuh pacaran. Padahal logikanya, jika sudah dipukuli, dikasarin. Apa lagi yang perlu dipertahankan?? Lha wong belum jadi suami aja sudah berani kasar, apalagi sudah jadi suami??
Realistis aja deh, contoh lain ; orang tua kita saja, yang notabene memiliki hak penuh terhadap kita, tidak memukuli kita. Siapa dia?

Namun pemikiran2 seperti ini (kebanyakan) tidak mempengaruhi mereka yang sudah terlanjur menyerahkan segel dari Tuhan itu.

Girls, mohon maaf. Saya benar-benar mohon maaf. Saya tidak bermaksud mendiskreditkan siapa-pun dalam hal ini, saya hanya menuangkan isi kepala saya, sekaligus memberikan ruang bagi teman-teman untuk turut bersuara.

Memberikan ‘segel dari Tuhan’ hanya bisa kita serahkan sekali seumur hidup.
Hanya sekali.
Dan (menurut saya), pastikan-lah kita memberikannya dengan cara yang benar dan halal. Dengan didahului oleh pernikahan terlebih dulu.
Gini deh, mari kita berpikir bersama-sama, sepasang suami-istri saja bisa bercerai bukan? Dalam artian, orang yang kita nikahi pun belum tentu adalah orang yang TEPAT. Tepat yang dimaksud adalah dia yang benar2 dipasangkan Tuhan untuk kita, sampai ajal menjemput. Tidak ada yang bisa memastikan, akankah suatu pernikahan itu bertahan hingga maut memisahkan. Namun (jokanbala, jangan sampai terjadi pada kita! Amien!), jika perpisahan itu memang terjadi, setidaknya, kita, si perempuan, memberikan ‘segel’ tersebut dengan cara yang halal. Dengan cara yang benar. Sesuai dengan jalan-Nya.

Bayangkan, jika kita memberikan segel tersebut kepada seseorang yang belum tentu menjadi suami kita?? Pasti ada rasa takut di hati si Cewek. Takut kalo cowoknya berpaling ke lain hati. Takut kalau cowoknya ninggalin dia. Takut kalau cowoknya pergi, nggak ada lagi yang mau sama dia. Alhasil, ya seperti yang saya jabarkan diatas tadi. Bukan tidak mungkin si Cewek diperlakukan seenaknya. Dan sialnya lagi, si Cewek legowo saja. Lha wong nggak mau ditinggalin. Jangankan sudah memberikan segel, yang baru masuk taraf matre saja ada yang nrimo2 disakitin.

Teman-temanku yang kusayangi.
Percaya atau tidak,kita hidup diantara masyarakat yang masih sangat menjunjung tinggi adab ketimuran. Keperawanan merupakan hal penting. Perempuan haruslah dalam kondisi perawan saat menikah jika ingin dianggap baik. Padahal belum tentu kan?? Kebaikan hati seorang manusia tidak ditentukan dari dia perjaka atau perawan. Namun, sekali lagi, mari kita tilik bersama2. Kita terlanjur hidup dalam masyarakat yang seperti itu. Suka atau tidak suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun