Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Journalism and Digital Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nyindir Abis, Culture Jamming Ini Bukan Sekadar Parodi!

30 Maret 2021   21:48 Diperbarui: 30 Maret 2021   22:45 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Sobat Kompasiana!

Siapa yang kerap menjumpai iklan,poster atau gambar yang tengah memparodikan sesuatu? Apa kesan pertama anda ketika menjumpai hal tersebut? Apakah tertawa? Marah? Merasa tersindir? Atau bahkan bingung karena tidak paham maksudnya?

Yup hal-hal yang berbentuk parodi biasanya berkaitan erat dengan bentuk media seperti iklan, poster, gambar dan lain sebagainya. Di Indonesia, parodi media ini biasa disebut dengan istilah Meme. Siapa yang tidak kenal meme? Hm pasti hampir semua orang tahu ya apa meme itu.

Masshar2000.com
Masshar2000.com

Terkadang dibalik kelucuan meme ada maksud atau makna tersembunyi dari bentuk gambar/iklan yang ditampilkan. Biasanya si pembuat meme memparodikan 'sesuatu' yang dibalik parodi itu sebenarnya ada pesan tersirat yang ingin disampaikan ke audiens. Dalam istilah asing, hal ini disebut juga Culture Jamming.

Apa Itu Culture Jamming?

Culture Jamming merupakan upaya yang dituangkan dalam bentuk-bentuk media komunikasi dengan suatu karya seni ekstrim yang sifatnya 'menghancurkan' atau 'membelokkan' pesan dari bentuk media tersebut (Putri, 2011:19). Culture jamming semakin banyak dibuat dengan adanya dorongan teknologi dan hadirnya internet era kini. Culture Jamming dibuat sebagai bentuk gerakan dari sebuah kelompok atau masyarakat untuk melawan gerakan pemerintah maupun sebuah perusahaan yang bertindak tidak baik. Gampangnya, culture jamming ini sebagai upaya media kritis masyarakat yang berwujud parodi.

Culture jamming terlahir dari suatu bentuk budaya populer yang kemudian dikemas ulang menjadi pesan baru dengan tujuan mengkritisi budaya tersebut.

Awalnya, culture jamming jadir sebagai bentuk aksi perlawanan yang didasarkan pada sikap antikapitalisme dan menjadikan desain sebagai bentuk ekspresi kontra mereka terhadap segala produk dari kapitalisme. Culture jamming paling banyak dituangkan dalam bentuk periklanan yang dulu kerap ditemukan di negara-negara Eropa. Para Jammers (sebutan pembuat culture jamming) ingin mengkomunikasikan anti-konsumtivisme atau anti-korporat.

sandramcleanarts.com
sandramcleanarts.com

Jadi intinya, culture jamming merupakan sebuah gerakan masyarakat yang bertujuan untuk mengkritisi sebuah perusahaan atau pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk komunikasi seperti iklan, poster, billboard dan lain sebagainya, tetapi dalam bentuk parodi atau satire.

Culture Jamming di Indonesia

Di Indonesia, culture jamming telah menjamur di dunia media sosial. Seperti yang sudah disinggung di atas, culture jamming di Indonesia biasa dikenal dengan sebutan meme. Meme mulai menyebar dan menjadi budaya pengguna media sosial, baik di Facebook, Instagram, Twitter dll yang dijadikan sebagai bahan culture jamming mereka. Biasanya ada akun-akun khusus yang mengunggah meme atau culture jamming ini.

marugameudon.co.id
marugameudon.co.id

Dok Pizza Hut
Dok Pizza Hut

Salah satu contoh culture jamming yang pernah dibuat di Indonesia yaitu pada cover majalah Tempo dengan edisi "Ada Apa dengan Pizza" yang diterbitkan pada tanggal 4 September 2016. Isi cover yang menggambarkan seorang Ibu dengan dua orang anaknya tengah menyantap Pizza sembari menggunakan masker pelindung racun. Culture jamming yang muncul pada cover majalah Tempo edisi "Ada Apa dengan Pizza" ini bertujuan mengkritik mengenai pemberitaan Pizza Hut dan Marugame Udon yang disinyalir menggunakan bahan baku yang telah kadaluarsa.

NasionalTempo.co
NasionalTempo.co

Dilansir dari nasional.tempo.co dengan judul artikel "INVESTIGASI, Ada Apa dengan Pizza?," tertulis bahwa Tempo dan BBC Indonesia melakukan investigasi ke dua restoran waralaba yaitu Pizza Hut dan Marugame Udon yang diduga menggunakan bahan makanan kadalurasa. Ada sebanyak 14 jenis bahan pangan usang yang dipakai selama lebih dari tiga tahun. Tempo dan BBC Indonesia mendapatkan sejumlah bukti pemakaian bahan kadaluarsa tersebut. Sejumlah narasumber yang ditemui pun membenarkan adanya informasi yang didapatkan. Namun, hal ini disangkal oleh Presiden Direktur PT Sriboga Raturaya Alwin Arifin, yang menggunakan bahan makanan kadaluarsa. "Enggak benar, itu fitnah," katanya.

Oleh karena itu, Tempo akhirnya menjadikan kasus ini sebagai cover majalahnya yang diparodikan dengan gambar tersebut. Hal ini ditujukan sebagai bentuk kritik atas Pizza Hut dan Marugame Udon yang disinyalir menggunakan bahan kadaluarsa sebagai produksi makanannya.

Postmodernisme Cover Majalah Tempo "Ada Apa dengan Pizza"

Kasus penggunaan bahan kadaluarsa oleh Pizza Hut dan Marugame Udon ini berhubungan dengan paham postmodernisme. Namun sebelum membahas lebih dalam, kita perlu tahu dulu apa pengertian postmodernisme.

Postmodernisme merupakan bentuk kritik dari paham modernisme yang muncul pada akhir abad ke-20. Menurut salah satu ahli Louis Leahy, postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (Setiawan dan Sudarajat, 2018:28). Postmodernisme menjadi sebuah paham yang pada intinya menolak pengembagan suatu ide yang ada di teori pemikiran pada paham modernism yang di dalamnya berisi kritikan-kritikan terhadap modernism yang dianggap gagal.

Salah satu kunci pemikiran paham postmodernisme adalah dekonstruksi. Jacques Derrida, filsuf yang menciptakan pemikiran dekonstruksi ini mencoba memberikan sumbangan mengenai teori-teori pengetahuan yang dinilai sangat kaku dan kebenarannya tidak bisa dibantah, dalam hal ini pemikiran modernism. Derrida mencoba untuk meneliti kebenaran terhadap suatu teori pengetahuan yang baginya bisa bisa dibantah kebenarannya yang dalam arti bisa membuat teori baru asalkan hal tersebut dapat terbukti kebenarannya dan dipertanggungjawabkan.

Menyambung pada kasus Pizza Hut dan Marugame Udon tadi, Tempo dan BBC Indonesia mencoba mengungkap kebenaran yang disembunyikan oleh kedua restoran waralaba tersebut. Meskipun pada akhirnya mereka tidak mengungkapkan secara langsung apakah benar penggunaan bahan kadaluarsa ini, tetapi dari bukti yang didapatkan sudah cukup menunjukkan kebenarannya.

Hal ini senada dengan dengan pemikiran Derrida di mana postmodernisme ini (Tempo dan BBC Indonesia) mencoba untuk meneliti kebenaran yang menurut mereka kebenaran ini bisa dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. Karena tidak diakui secara gamblang, Tempo pun mencoba mengkritisi Pizza Hut dan Marugame Udon ini dengan membuat cover parodi berisi seorang ibu dan dua orang anak yang tengah menyantap pizza sembari memakai masker pelindung racun.

Jika dilihat dari teori sosial postmodern eksterm, teori ini menyatakan bahwa masyarakat modern telah tergantikan oleh masyarakat postmodern. Dalam hal ini, objek konsumsi menjadi sesuatu yang diorganisir oleh tatanan produksi atau perluasan kekuatan produktif yang diorganisir, Maksum dalam Setiawan dan Sudrajat (2018:35).  Melihat perusahan yang menaungi Pizza Hut dan Marugame Udon dalam kasus ini, pihak perusahaan menjadikan bahan makanan ini dengan perpanjangan masa kadalursa. Yang mana perpanjangan diorganisir oleh pihak perusahaan. Terlihat jelas bahwa perusahaan berusaha menjadikan objek konsumsi (Pizza dan Marugame Udon) yang diorganisir oleh mereka. 

Dari pembahasan dari awal sampai akhir ini, dapat disimpulkan bahwa culture jamming merupakan sebuah bentuk upaya pengkritikan terhadap budaya populer, pemerintah maupun perusahaan yang diwujudkan dalam parodi. Di Indonesia, culture jamming pernah muncul saat kasus penggunaan bahan kadaluarsa dari restauran Pizza Hut dan Marugame Udon yang diungkap oleh Tempo dan BBC Indonesia. Adanya kasus ini kemudian dikritik dan dijadikan cover di Majalah Tempo edisi "Ada Apa dengan Pizza" yang menjadi tanda bentuk dari culture jamming. Selain itu kita bisa menganalisis adanya culture jamming ini menggunakan salah satu kunci pemikiran postmodernisme yaitu dekonstruksi dan teori sosial postmodern eksterm. 

Sekian, Terimakasih. 

DAFTAR PUSTAKA

Putri, L. A. (2011). Culture Jamming Versus Popular Culture. Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 17-33.

Setiawan, J., & Sudrajat, A. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya terhadap Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 26-46.

Tempo.co. (2016, September 4). INVESTIGASI, Ada Apa dengan Pizza? Retrieved from nasional.tempo.co: https://nasional.tempo.co/read/801470/investigasi-ada-apa-dengan-pizza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun