Mohon tunggu...
Marsa pramusintaWibowo
Marsa pramusintaWibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasisw/universitas KH. A. WAHAB HASBULLAH

asalamualaikum wr. wb My name is Marsa Pramusinta Wibowo, I am a student at Kh A Wahab Hasbullah University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memanusiakan Manusia dan Pandangan Hidupnya

9 November 2023   00:03 Diperbarui: 9 November 2023   00:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian Manusia Dan Pandangan Hidup 

Setiap manusia di dunia tentu mempunyai pandangan hidupnya masing-masing. Pandangan hidup bersifat kodrati, yang telah diberikan tuhan kepada setiap manusia. Pandangan hidup adalah pendapat ataupun pertimbangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk hidup di dunia agar dapat menjalani hidup tersebut.

Pada dasarnya, pandangan hidup mampunyai empat unsur yang saling terkait satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan, yaitu cita-cita, kebijakan, usaha, dan keyakinan atau kepercayaan. Pandangan hidup merupakan suatu dasar atau landasan umtuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, ataupun negara. Tak sedikit pula orang yang mempunyai pandangan hidup yang sangat bertentangan dengan pandangan hidup orang yang lainnya, itulah yang sering memicu adanya perdebatan diantara semua manuia dalam kehidupan sehari-hari.

Pandangan hidup banyak sekali macam dan ragamnya. Berikut klasifikasi berdasarkan asalnya.;

  • Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
  • Pandangan hidup yang berupa ideologi, yaitu disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
  • Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Orang yang memiliki pandangan hidup pasti memiliki tujuan, dan tujuan ini bisa disebut cita-cita. Menurut kamus besar bahasa indonesia, cita-cita adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Dapatkah seseorang mencapai apa yang di cita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor berikut;

  • Faktor manusia
  • Faktor kondisi
  • Faktor tingginya cita-cita.

Terdapat formula sukses yang dapat kita jadikan pedoman untuk menggapai cita-cita. Pertama, kita harus mengubah belief system (keyakinan dan tujuan). Kedua, kita harus mengubah cara berfikir kita yang dapat manghambat cita-cita. Keempat, kita harus mengubah segala tindakan-tindakan buruk. Dari semua itu kita akan mendapatkan hasil yang menjadi keyakinan dan tujuan kita dari awal.

Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun dan bagaimanapun itu dapat mancapai dan berhasil dalam kehidupan yang di inginkannya. Adapaun langah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:

  • Mengenal
  • Mengenal merupakan semua kodrat bagi manusia, yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
  • Mengerti
  • Mengerti merupakan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan pada pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada pancasila kita hendaknya mengerti pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bernegara.
  • Menghayati
  • Setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup. Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
  • Meyakini
  • Meyakini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suau tujuan hidupnya.
  • Mengabdi
  • Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.

Manusia Dan Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisan artinya rasa yang tidak tentram di hati atau selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatanya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Menusia selama ini sering kali tenggelam dalam kegelisahan. Penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya kegelisahan itu.

Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tentram, tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejalah universal yang ada pada manusia manapun. Namun, kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak-gerik seseorang dalam situasi tertentu.

Manusia gelisa karena takut terhadap dosa-dosa dan pelangaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), tekut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai).

Tentang perasaan kegelisahan ini, sigmund freud membedakannya menjadi tiga macam yaitu :

  • Kegelisahan Objektif (kenyaaan)
  • Kegelisahan objektif mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
  • Kegelisahan neurotik (saraf)
  • Kegelisahan neurotik berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tumbuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Singkatnya kegelisahan neurotik ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
  • Kegelisahan moral
  • Kegelisahan moral muncul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego yang di timbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul karena setiap manusia mempunyai hati nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah.

Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang di terapkan oleh kedua orang tua. Faktor penyebab kegelisahan antara lain.

  • Dari Dalam
  • Faktor kegelisahan dari dalam diri seseorang antara lain:
  • Cinta Diri
  • Cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut. Perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
  • Lalai Dalam Mengingat Allah
  • Dalam beberapa hadis dan riwayat shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangannya. Terkadang was-was juga muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikan sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaiknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatif.
  • Gejolak Hati
  • Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang sepele dan remeh. Ketika tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya ke dalam kubangan was-was.
  • Rasa Takut Dan Malu
  • Sifat malu merupakan salah satu di antara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalag orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak. Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan kekerasan, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapu problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar.
  • Tidak Merasa Aman
  • Dalam kadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak keamanan. Terkadangan, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan.
  • Jiwa Yang Lemah
  • Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah di hadapan kejadian-kejadian yang di alaminya.

Kemasyarakatan. Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was di akibatkan oleh faktor sosial di mana kita dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Adapun cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:

  • Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (intropeksi), akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi.
  • Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebuat akan sirna dari jiwa kita.
  • Berdoa kepada tuhan dengan sungguh-sungguh sabar, tabah, senang dan ikhlas sehingga mau mengabaulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan, sebab tuhan adalah yang palig maha pemurah.

Bentuk-bentuk kegelisahan antara lain:

  • Keterasingan
  • Keterasingan berasal dari kata terasing, asal dari kata dasar asing. Asing berarti sendiri, tidak kenal orang. Keterasingan adalah hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil.
  • Sebab-sebab ketersaingan
  • Bila kita memperhatikan contoh murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada: perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau sombong.

Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk meninggkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu di lakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun