Bukan untuk menunjukkan betapa inteleknya kita, melainkan untuk membangun dan mengembangkan keintelektualan kita. Bukan untuk sombong dan merasa menang sendiri, tapi untuk rendah hati dan terbuka.
Dalam obrolan-obrolan tersebut hendaknya diisi dengan masalah. Mendapati suatu masalah, menganalisanya, mencari pemecahan dan solusi, kemudian menetapkan langkah seperti apa yang akan diambil. Atau paling tidak sampai ke solusi. Sehingga apa yang sebelumnya tidak nampak, dapat menjadi nampak.
Kampus sudah sewajarnya menjadi ruang terbuka, bagi berlangsungnya dialektika. Tidak hanya di kelas, perpustakaan, atau sekretariat organisasi. Melainkan di kantin; taman; HIK, burjo, dan angkringan area kampus; serta tempat-tempat lain yang sering dipandang "rendah".
Yang membuat dialog menjadi rendah bukanlah tempat, waktu, dan dengan siapa kita melakukannya. Melainkan terletak pada konten.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI