Kepemimpinan digital adalah seni menggunakan teknologi digital untuk mencapai hasil bisnis yang diinginkan. Ini mencakup berbagai keterampilan dan kemampuan, termasuk tetapi tidak terbatas pada transformasi digital, strategi digital, inovasi, dan manajemen perubahan.
Kepemimpinan digital bukanlah tentang alat yang mencolok, tetapi pola pikir strategis yang memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan apa yang kita lakukan, sambil mengantisipasi perubahan yang diperlukan untuk menumbuhkan budaya organisasi yang berfokus pada keterlibatan semua pihak dan pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan digital adalah konstruksi kepemimpinan yang ditransformasikan yang tumbuh dari hubungan simbiosis antara pemimpin dengan teknologi.
Kepemimpinan digital adalah penggunaan aset digital organisasi secara strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan digital dapat ditujukan pada tingkat organisasi dan individu. Pemimpin digital bersedia mengeksplorasi bagaimana teknologi informasi (TI) dapat digunakan untuk membantu organisasi menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan dan perubahan kebutuhan bisnis.Â
Pemimpin digital yang sukses memahami pentingnya, dan bertanggung jawab atas, data masuk dan proses dalam perusahaan yang mendukungnya, serta informasi digital keluar yang dihasilkan perusahaan di berbagai ekosistem tempat perusahaan berpartisipasi.
Tujuh Pilar Kepemimpinan Digital
1. Komunikasi
Pemimpin harus mampu memberikan informasi yang relevan kepada pemangku kepentingan secara real time melalui berbagai perangkat yang ada. Metode  konvensional seperti papan pengumuman yang bersifat mono arah, tidak lagi cukup membuat stakeholder terlibat dalam komunikasi organisasi. Informasi penting dapat dikomunikasikan melalui berbagai perangkat media sosial gratis dan strategi implementasi sederhana untuk bertemu dengan para pemangku kepentingan di era digital. Kepemimpinan digital adalah tentang melibatkan semua pemangku kepentingan dalam komunikasi dua arah (musyarakah).
2. Kehumasan (public relation)
2. Humas
Pemimpin digital harus mampu menjadi "tukang humas" atau tukang cerita yang ajaib. Media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk "mengisahkan" semua visi pemimpin.Â
Demikian sebaliknya, stakeholder juga dapat "mengisahkan" semua problem yang mungkin mereka dapatkan selama melaksanakan tugas organisasi. Melalui media sosial, pemimpin dapat mengontrol apa yang benar-benar sedang terjadi secara positif, dan menciptakan sebuah "lingkungan"kehidupan organisasi yang ramah antar sesama. Upaya ini akan berdampak pada mendistorsi kemungkinan rendahnya transparansi kepemimpinan yang sedang "benar-benar" dibutuhkan di era retorika negatif dalam lingkup organisasi.Â
3. Memberi Merk pada Organisasi