Iya, selain mengajari gue belajar, Kak Tyco juga mengajari gue bagaimana bermain game. Walau bagi gue sekarang itu tidak penting! Kak Tyco suka mengajak gue bermain, maksudnya menonton, karena gue belum memiliki handphone untuk bergabung. Ternyata kami bisa berkomunikasi dengan orang lain di dalam game, ya? Gue baru tahu. Kak Tyco biasanya bermain game bersama teman-temannya, sambil mengobrol dan gue ikut di dalamnya. Gue jadi kenal dengan mereka, bahkan kami main bareng jika mereka datang ke rumah.
     Ternyata punya teman itu seru, ya? Kenapa gue sempat berpikiran tidak apa-apa jika tidak punya teman? Padahal, pikiran gue selama ini salah. Gue tidak cukup hanya memiliki kakak, ibu dan ayah, gue juga mesti memiliki teman agar ada yang menemani ketika mereka tidak bisa menemani. Benar, dunia mereka gak hanya tertuju pada gue seorang meskipun kami keluarga. Mereka memiliki urusan masing-masing yang mesti dijalani yang dinamakan hidup. Ya, begitulah hidup. Mulai saat itu, gue sudah bisa perlahan-lahan berpikir ‘dewasa’. Bisa berpikir bagaimana jadinya dan apa dampaknya buat gue jika melakukan ini dan itu ke depannya. Gue jadi malu dan tertawa sendiri jika mengingat tindakan-tindakan bodoh gue selama ini. Dasar gue! Hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H