Setelah klakson dari kendaraannya, kini mulut-mulut pengendara itu mulai berkoar buat mencemooh gue. Apa-apaan, sih? Dia masih bertanya gue buta? Sebenarnya yang buta itu gue atau dia? Jelas-jelas gue memang buta!
Gue harus segera pergi dari zebra cross ini sekarang! Tapi, tunggu, gue seperti kehilangan sesuatu? Tongkat gue? Astaga. Gue lupa kalau sekarang harus pake tongkat jalannya. Tongkat gue mana?
Gue meraba-raba jalan mencari tongkat penunjuk jalan itu. Ke sana ke sini tidak ketemu. Jalan aspalnya panas banget, tangan gue bisa melepuh kalau lama-lama begini. Argh.
"Woi, cepetan minggir! Gue mau lewat!"
"Dasar b*ta!"
"Kalau gak bisa lihat jangan sok-sok-an jalan sendirian!"
"Mau m*ti lo?"
Kalimat-kalimat itu kembali dilontarkan oleh para pengendara. Mendengar itu, seketika gue ingin berteriak, "BAC*T LO SEMUA! BUKANNYA BANTUIN GUE, MALAH MAKI-MAKI GUE KAYAK GINI!"
Tidak, tidak. Gue bukan manusia yang sepert itu. Tuhan memberikan gue mulut untuk berbicara yang baik, bukan bicara kasar seperti yang gua pikirkan.
Cukup. Gue menyerah buat mencari tongkat itu. Gue beneran tidak tahu di mana tongkat gue berada. Tangan gue sudah panas banget meraba-raba jalan sedari tadi, ditambah sama olokkan orang-orang sekitar yang membuat gue pengin meledak rasanya. Dasar manusia!
"Mari saya bantu, Mas."