Panggilan Inka pun tak kuindahkan. Aku terus berjalan sambil meneteskan air mata.
      Kak Reno kembali memanggilku, begitu juga dengan Inka. Namun, kali ini panggilannya berbeda, teriakkannya terdengar begitu khawatir. Mereka menambahkan kata 'awas' setelah menyebut namaku.
      Seketika itu juga aku tersadar bahwa ada sebuah mobil sedang melaju ke arahku. Aku langsung menghentikan langkah kaki ini, menyaksikan kendaraan beroda empat itu semakin lama semakin dekat ke arah diriku. Karena tak bisa berbuat apa-apa lagi, tubuhku pun tertabrak oleh mobil tersebut. Aku merasa terbang di udara selama beberapa detik yang kemudian terhempas di jalan.
      "Renaaaa!!!"
      Aku kembali mendengar suara Kak Reno yang begitu khawatir. Disusul dengan mataku yang semakin lama semakin tak jelas pandangannya, hingga akhirnya mataku tertutup. Namun, aku masih sedikit sadar, bisa mendengar lagi suara Kak Reno dan Inka beserta langkah kakinya yang berlari menghampiriku. Aku bisa merasakan tangan Kak Reno mengangkat setengah tubuhku ke pangkuannya dan menggoyang-goyangkannya, menepuk-nepuk pipiku sambil terus memanggil-manggil namaku. Ingin sekali aku menjawab Kak Reno, tetapi mulutku rasanya berat sekali untuk dibuka. Sebelum tak sadarkan diri, aku berusaha dengan susah payah akhirnya bisa mengatakan ini walau terbata-bata..
"Ma-ma-af, ka-ka-kakak!"
                                                                    ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H