Jam istirahat kali ini tidak kugunakan untuk membeli makanan di kantin seperti yang lain. Kak Reno memintaku dan Inka ke ruang guru untuk membahas permasalahan kami kemarin. Lelaki itu tak suka jika adik sekaligus muridnya di sekolah memiliki musuh.
Seperti sedang interview kerja, Kak Reno melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku dan Inka, salah satunya seperti ini..
      "Kalian sebenarnya ada apa? Sesama teman, kok, saling bermusuhan gini?"
      Aku dan Inka hanya diam sambil menunduk mendengar pertanyaan tersebut, kepala kami pun tak bergerak untuk memandang diri masing-masing.
      "Inka, Rena, jawab pertanyaan bapak,"
      Kami masih dalam diam, tak sedikitpun membuka suara.
      Aku tak tahu bagaimana awal cerita hubunganku dan Inka menjadi tidak baik seperti ini. Semuanya berjalan begitu saja, tanpa aku ketahui mulai dari arah mana. Yang jelas aku tidak suka Inka bersikap melebihi dari seorang murid kepada gurunya. Jika itu guru yang lain, tak apa. Asalkan jangan Kak Reno. Sangat tidak rela aku menjadi adik iparnya nanti.
      Sementara Inka, aku tak tahu mengapa ia juga terlihat tidak suka padaku. Padahal aku tak pernah melakukan kesalahan, sekalipun iya, aku langsung meminta maaf padanya. Bagiku itu sudah menyelesaikan masalah, karena aku sudah mengakui kesalahan dan meminta maaf.
      "Kalau kalian gak mau saling memaafkan dan terus bermusuhan seperti ini, bapak yang akan mengundurkan diri dari sekolah!"
      Seketika aku dan Inka mengangkat kepala yang sedari tadi tertunduk untuk melihat Kak Reno. Ucapannya membuat kami sedikit terkesiap.
      "Jangan, Pak!" Kami bersamaan mengatakan itu.