Sepuluh menit sebelum pelajaran berakhir, Kak Reno memberitahukan dan mengundang kami untuk datang ke acara ulang tahunnya yang akan diadakan pada malam Minggu mendatang. Mengetahui hal tersebut, semua anak begitu antusias, terutama para gadis centil itu.
     "Bapak ulang tahun yang ke berapa, Pak?"
      Kak Reno baru saja selesai bicara, Inka sudah bertanya.
    "Kamu lihat sendiri di kartu undangannya, ya," Jawab Kak Reno yang sedang memberikan kartu-kartu tersebut kepada yang lain.
Lalu, dengan cepat ia membuka kartu pemberian dari guru tercintanya itu, seketika ia berkata..
     "Wah.. baru dua puluh lima tahun, Pak? Masih muda, ya? Cocok dong, sama aku!"
     Apa? Ia bicara apa barusan? Aku tidak salah dengar, kan? Untuk memastikan tidak salah mendengarnya, aku mengorek-ngorek telinga. Siapa tahu ada kotoran yang membuat pendengaranku terganggu, masalahnya sudah lama aku tidak membersihkan telinga ini. Tapi, setelah aku memasukkan jari kelingkingku sampai dalam telinga, tidak ada sesuatu di dalamnya. Berarti aku tidak salah dengar? Oh, tidak. Tuhan, tolong hilangkan Kak Reno dari pikirannya. Aku tak rela kakakku terus menerus disukai gadis ABG itu.
      "Heh, centil! Pikiran kamu, tuh, udah kejauhan. Kaya Pak Reno mau aja sama kamu? Pak Reno juga pasti pilih-pilih dulu sebelum jadi pasangannya,"
      "Hahaha,"
     Lagi-lagi kelas menjadi riuh, karena perkataan Arbi yang menjawab ucapan tidak karuan gadis itu.
    "Nggak, lah. Pak Reno malah bahagia kalau berpasangan sama aku,"