"Kakak udah selesai belum ujiannya?" aku berbalik tanya padanya. Kalau dihitung-hitung harinya, sepertinya sudah.
"Oiya, hampir lupa bilang ke kamu kalau kakak udah selesai ujiannya." jawabnya.
Akhirnya pelaksanaan ujian kakak telah selesai. Kakak bilang dia bisa mengerjakannya tanpa mengalami kesulitan sedikit pun. Aku sangat senang mendengarnya. Hubunganku dan kakak kembali menjadi dekat seperti biasanya. Ia juga kembali lagi membantuku dalam melakukan sesuatu yang tidak bisa kulakukan sendiri. Aku sudah tidak merasa sendiri dan kesepian lagi, karena kakak sudah berada di sampingku lagi.
__
 "Kak, wajah kakak gak berubah, kan?" Aku memegang wajahnya dengan kedua tangan. Meraba, merasakan dan membayangkan bagaimana rupa saudara lelakiku itu. Aku takut wajahnya terlupakan dalam ingatanku, karena kini aku tak bisa melihatnya lagi.
     "Wajah kakak gak berubah, kok, Dek. Sayang kakak ke kamu juga sama." Kakak menjawab sambil membelai wajahku dengan lembut, yang membuatku tersenyum lebar mendengarnya.
      "Aku minta maaf, ya, Kak, karena pernah jadi adik yang jahat."
     "Kamu ini bicara apa, sih? Kamu adik terbaik yang kakak miliki. Kakak yang minta maaf, karena selalu merepotkan kamu."
     "Enggak, Kak. Aku yang sekarang merepotkan kakak,"
     "Kakak senang, kok, bisa bantu kamu."
     "Maafin aku, ya, Kak. Aku sayang kakak."