Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Caci, Fitnah, Suara Kebencian dan Penghinaan: Apakah Kosa Kata Kita Sudah Lumrah?

4 Desember 2024   20:01 Diperbarui: 4 Desember 2024   20:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suara kebencian dan Penghinaan (Tribunnews.com)

Ada beberapa alasan mengapa ujaran kebencian dan kata-kata kasar merajalela:

Anonimitas di Media Sosial
Media sosial memungkinkan orang untuk berkomentar tanpa perlu mempertanggungjawabkan identitasnya. Anonimitas ini memberi rasa aman palsu untuk melontarkan kata-kata negatif.

Kurangnya Pendidikan Literasi Digital
Tidak semua pengguna media sosial memahami dampak dari apa yang mereka tulis. Literasi digital yang rendah membuat banyak orang menganggap komentar kasar sebagai sesuatu yang biasa saja.

Budaya Permisif
Kita sering kali membiarkan ujaran kebencian berkembang tanpa koreksi. Lebih buruk lagi, dalam beberapa kasus, komentar negatif justru dirayakan dan didukung karena dianggap mewakili "keberanian" atau "kejujuran."

Pengaruh Algoritma Media Sosial
Algoritma media sosial cenderung mempromosikan konten yang memicu emosi, termasuk kemarahan. Konten negatif lebih mudah viral dibandingkan konten positif, karena reaksi emosional sering kali lebih intens.

Polarisasi Sosial dan Politik
Perbedaan pandangan politik, agama, atau budaya sering kali menjadi bahan bakar konflik verbal. Polarisasi membuat orang mudah menyerang kelompok yang berbeda pandangan tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk keluar dari lingkaran negatif ini, ada beberapa langkah yang perlu diambil oleh individu maupun masyarakat secara kolektif:

Meningkatkan Literasi Digital
Pendidikan literasi digital harus menjadi prioritas. Setiap individu perlu memahami dampak jangka panjang dari ujaran kebencian, baik bagi korban maupun pelaku.

Menjaga Etika Berbahasa
Bahasa adalah cermin budaya. Kita perlu kembali menanamkan nilai-nilai kesopanan dalam berkomunikasi, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Menanamkan Sikap Adil
Penghinaan, ujaran kebencian, dan caci maki tidak pernah bisa dibenarkan, siapa pun yang menjadi targetnya. Sikap adil harus menjadi tolok ukur dalam menilai peristiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun