Serangan Balik PDIP: Apa Tujuannya?
Alih-alih merangkul Jokowi, PDIP memilih untuk melanjutkan serangan. Beberapa tokoh PDIP yang mendukung atau sekadar bertemu Jokowi dihukum, bahkan dipecat. Sikap konfrontatif ini menunjukkan keengganan PDIP untuk mengakui peran besar Jokowi dalam membangun popularitas partai selama satu dekade terakhir.
Ada beberapa alasan di balik strategi ini:
1. Mengembalikan Hegemoni Partai
PDIP, terutama Megawati, ingin menunjukkan bahwa partai adalah entitas yang lebih besar dari individu, termasuk Jokowi. Dengan menyerang Jokowi, PDIP berusaha mengkonsolidasikan loyalitas kader dan mengukuhkan kepemimpinan Megawati.
2. Mengurangi Ancaman Politik Jokowi
Jokowi, meski masih kader PDIP, telah menunjukkan pengaruh politiknya yang melampaui partai. Popularitasnya dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan kekuasaan PDIP, terutama jika ia memutuskan mendukung calon atau partai lain secara terbuka.
3. Konsolidasi untuk 2029
Kekalahan di Pilpres dan Pilkada menjadi pelajaran penting. Dengan menyerang Jokowi, PDIP berupaya memposisikan diri sebagai oposisi internal, berharap dapat membangun narasi baru menjelang pemilu berikutnya.
Kesalahan Strategis PDIP
Namun, strategi ini memiliki risiko besar. Jokowi adalah salah satu tokoh paling populer di Indonesia. Menyerangnya justru dapat memperburuk citra PDIP di mata publik.Â
Apalagi, Jokowi belum secara resmi dipecat dari partai, sehingga tindakan PDIP terlihat tidak konsisten.
Kekalahan di Pilpres dan Pilkada seharusnya menjadi momen refleksi bagi PDIP. Sebaliknya, partai ini terus terjebak dalam dinamika internal yang justru melemahkan posisinya.Â
Menyerang Jokowi tidak hanya mengalienasi pendukung Jokowi, tetapi juga menciptakan perpecahan di dalam PDIP sendiri.