Bedanya, dukungan ini harus berjalan dalam koridor yang benar, tanpa melibatkan penyalahgunaan kekuasaan atau fasilitas negara.
Mengapa Dukungan Ini Tidak Semestinya Jadi Polemik?
Dukungan politik dari tokoh nasional memang kerap menjadi isu sensitif, terutama dalam iklim politik Indonesia yang mudah terpolarisasi.Â
Di era digital ini, dukungan melalui platform seperti YouTube atau media sosial sering kali memicu tanggapan keras dan spekulasi.Â
Namun, publik harus belajar memahami bahwa dukungan politik bukanlah pelanggaran, selama prosedur yang ada diikuti dengan benar.
Sebagai contoh, ketika Prabowo mendukung Lutfhi di Jawa Tengah, ia tidak menggunakan fasilitas negara atau memanfaatkan jabatannya sebagai presiden untuk memobilisasi dukungan.Â
Dukungan ini lebih bersifat sebagai ungkapan pribadi yang legal sebagai ketua partai.Â
Kontroversi seputar dukungan ini sebenarnya tidak perlu berlarut-larut jika masyarakat memahami batasan dan hak politik yang melekat pada tokoh-tokoh tersebut.
Peran Bawaslu dan KPU dalam Mengawasi Pilkada
Tentu saja, untuk menjaga fairness dan keadilan dalam pemilu, pengawasan oleh Bawaslu dan KPU tetap sangat diperlukan.Â
Bawaslu dan KPU berperan sebagai penjamin bahwa tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi, baik oleh kandidat, pendukung, maupun pejabat publik.Â