Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemenuhan Energi Terbarukan dan Ramah Lingkungan untuk Indonesia, Mungkinkah?

8 September 2024   20:51 Diperbarui: 8 September 2024   20:59 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan Energi di Indonesia

Dengan populasi yang terus bertambah dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat. Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), total kebutuhan energi Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 1.500 terawatt-jam (TWh) pada tahun 2050. Dalam skenario yang lebih ambisius, jika transisi energi terbarukan berjalan lancar, Indonesia dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ini dari sumber-sumber energi terbarukan.

Potensi Indonesia Sebagai Pusat Energi Terbarukan Dunia

Melihat potensi yang ada, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pusat energi terbarukan dunia. Banyak negara yang berhasil mengembangkan energi terbarukan, seperti:

Jerman, yang sukses memanfaatkan energi surya dan angin hingga mencakup sekitar 40% dari kebutuhan listrik nasional mereka.

Denmark, yang memimpin dalam penggunaan energi angin, dengan sekitar 50% listriknya berasal dari pembangkit angin.

Islandia, yang hampir sepenuhnya mengandalkan energi terbarukan, terutama dari panas bumi dan tenaga air.

Jika Indonesia bisa mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, bukan tidak mungkin negara ini akan menjadi pemimpin energi bersih di kawasan Asia Tenggara dan bahkan dunia.

Langkah Mempercepat Transisi dari Batu Bara

Salah satu tantangan terbesar dalam transisi energi di Indonesia adalah ketergantungan yang kuat pada batu bara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara masih mendominasi sektor pembangkit listrik nasional. Pemerintah telah mencanangkan target untuk mulai menghentikan penggunaan PLTU secara bertahap, namun proses ini membutuhkan biaya yang sangat besar.

Menurut kajian, diperlukan sekitar USD 30-50 miliar untuk menonaktifkan PLTU hingga tahun 2040 dan menggantinya dengan energi terbarukan. Biaya ini termasuk kompensasi bagi para pekerja yang terdampak, pembangunan infrastruktur energi terbarukan, dan pengembangan teknologi penyimpanan energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun