Rupanya pimpinan KPK tidak tahan juga menerima kritik atas sikap mereka yang menyebabkan 75 orang pegawai dianggap tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan.
Firli sebagai ketua pimpinan KPK yang memang paling disorot dalam hal ini. Maka dia pun membela diri.
Seperti yang dikutip dalam Detik.com, "Begini, tentu saya kira 75 itu dari 1.351 pegawai KPK yang mengikuti proses peralihan pegawai KPI menjadi ASN. Secara statistik, saya kira rekan-rekan sudah sangat paham, 75 itu adalah 5,4 persen dari 1.351," kata Firli kepada wartawan di kompleks DPR/MPR, Jakarta, Kamis (3/6/2021).
Menurut nya 75 orang itu terlalu kecil dan tidak menggangu sistem dan kinerja KPK.
Pimpinan KPK ini juga menyatakan bahwa dia tidak punya interes pribadi untuk menyingkirkan ke 75 pegawai itu.
Mari kita ikuti jalan pikiran dari pimpinan KPK ini.Â
Bagi Ketua KPK ini, 75 pegawai KPK itu sama sekali tidak berarti secara angka. Para pegawai itu hanya sebagai presentase bagi seorang Firli. Artinya, tidak apa mereka dikorbankan, toh masih banyak yang lolos dari tes tersebut.
Sebagai seorang pimpinan sebuah lembaga penegak hukum  seperti KPK jalan pikiran Firli ini sangat lah miris. Dengan sikap ini tentu saja tidak bisa diharapkan dirinya bisa menjaga semangat dan solidaritas internal KPK. Padahal semangat solidaritas itu sangat lah penting supaya upaya pemberantasan korupsi tetap bisa dilakukan dengan baik.
Secara etika juga sikap ini patut dipertanyakan. Kebenaran bukanlah sekedar angka. Ke 75 orang pegawai itu adalah individu manusia, bukan hanya angka. Jadi walau pun satu orang, jika memang harus dibela maka hal itu harus dilakukan.
Apalagi sebagian dari 75 Pegawai itu menduduki posisi penting dalam kegiatan pemberantasan korupsi di lembaga pemberantasan korupsi tersebut.
Ada juga kontradiksi ketika Firli mengatakan dirinya tidak punya kepentingan untuk menyingkirkan ke 75 orang itu. Benarkah?
Kalau sungguh dirinya tidak punya kepentingan, seharusnya sebagai pimpinan KPK, dirinya lah yang pertama memprotes Hasil Tes Wawasan Kebangsaan tersebut.Â
Karena seharusnya dialah yang tahu bagaimana sikap dan kinerja mereka selama ini sebagai pegawai KPK. Sikap seperti ini tentu saja akan menjadi api semangat KPK sebagai institusi yang solid.
Namun kenyataannya, tidaklah demikian. Justru ada kesan, dirinya membiarkan, dan bahkan mendukung hasil tes tersebut. Apalagi para pegawai yang tersingkir itu punya sejarah kritis terhadap situasi internal KPK dan kebijakan nya.
Jadi, pembelaan yang dilakukan Firli dengan membandingkan angka tersebut semakin menunjukkan pimpinan seperti apa dirinya.Â
Kalau logika yang sama diterapkan terhadap dirinya, yang artinya karena dianggap dirinya menjadi titik masalah sebaiknya Firli lah yang meninggalkan KPK. Apakah Firli rela?***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H