Kalau kita lihat, tuduhan kecurangan Terstruktur Sistematis dan Masif itu memang diciptakan oleh kubu Prabowo untuk menentang segala bukti bahwa mereka memang kalah.Â
Meskipun kemudian publik juga bisa menilai bahwa pihak Prabowo tidak bisa membawa bukti dan saksi yang cukup meyakinkan pada saat sidang di MK.
Jadi, tuduhan kecurangan yang sebelumnya dijadikan senjata, saat ini seolah bagai bumerang yang memakan tuannya sendiri.
Betapa tidak. Dengan sikap emak - emak pendukung Prabowo ini jelas sekali keyakinan yang sudah ditanamkan oleh koalisi dan partai Gerindra tersebut, untuk saat ini menjadi penghambat mereka bermanuver dalam konteks politik yang ada.
Mau tak mau jika sikap ini terus dipelihara, pasti Prabowo dan Partai Gerindra akan terjebak dalam dilema, karena masih banyak pendukungnya yang tidak bisa menerima kekalahan Prabowo.Â
Dalam konteks politik, sikap untuk tidak mau berkompromi bisa menjadi jebakan untuk tidak bisa berkembang. Walau Gerindra tetap memilih untuk jadi oposisi, pertemuan rekonsiliasi tetap menjadi hal penting.Â
Pertama, pertemuan itu pasti berdampak positif karena sikap kenegarawanan Prabowo Subianto akan sangat dihargai, baik lawan maupun kawan politik  yang rasional.Â
Kita melihat bahwa, rekan koalisi Prabowo justru sudah lebih dulu  melangkah dengan indikasi akan bergabung dengan koalisi pemenang. Tentu sikap ini berdasarkan perhitungan politik agar kekalahan mereka bisa diubah menjadi kemenangan.
Hal lain, rekonsiliasi juga sungguh dibutuhkan bangsa ini agar persatuan dan kohesi bangsa bisa digunakan sebagai energi positif berjuang bersama untuk membangun bangsa ini.
Kembali pada tuntutan emak - emak. Bukan dengan maksud merendahkan atau menafikan pandangan politik mereka, namun sikap tersebut justru tidak relevan dalam konteks politik sekarang ini.Â
Jika Prabowo kemudian benar - benar mengikuti saran mereka, maka secara politik ke depan Prabowo akan punya keterbatasan ruang untuk bermanuver.Â