Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penculikan Aktivis Isu Basi?

14 Maret 2019   22:18 Diperbarui: 15 Maret 2019   05:28 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada peristiwa yang mudah kita lupakan. Tapi ada hal yang akan tetap menjadi sesuatu yang selalu terpatri dalam ingatan dan sejarah. 

Salah satu peristiwa yang sangat dalam membekas itu adalah tragedi 98 dan penghilangan paksa dan penculikan Aktivis reformasi.

Apalagi bagi mereka yang secara langsung mengalaminya dan orang - orang yang kehilangan orang tersayang dalam peristiwa hitam tersebut.

Tidak heran jika salah satu orang tua yang kehilangan anak nya menjadi sangat emosional ketika bersama orang-orang tua lain yang menyatakan penolakan terhadap orang yang mereka anggap paling bertanggung - jawab dalam tragedi itu.

Dengan suara bergetar ia berucap, "Jangan pilih monster itu....".

Mungkin ada yang menganggap bahwa ungkapan ibu tua itu vulgar, kasar dan provokatif.

Namun jika kita dalam posisi ibu tadi, pandangan di atas menjadi tidak relevan. Ungkapan ibu itu sesungguhnya adalah teriakan untuk menuntut keadilan.

sumber gambar :ikohi.blogspot

Mereka meradang karena orang yang mereka duga kuat sebagai pelaku utama pembawa kepedihan itu, sekarang justru sedang melenggang untuk menjadi orang nomor satu di negara ini.

Tentu bagi pendukung capres bersangkutan, protes tersebut adalah usaha basi yang selalu berulang dalam setiap Pilpres.

Sebenarnya secara pribadi, dalam kasus ini penulis melihat sebenarnya ada hal yang yang sangat sulit diterima logika dan akal sehat.

Bagaimana mungkin, orang yang secara kasat mata sudah melanggar hukum dan bahkan sudah dipecat karena perbuatannya tersebut masih bisa mendapat tiket untuk menjadi memimpin negara ini?

Tak ada bukti?

Dokumentasi dan catatan sejarah mengenai hal itupun masih dengan mudah kita temukan. Rekan dan pimpinannya pun masih ada untuk memberikan keterangan. Bahkan Agum Gumelar baru - baru ini memberikan kesaksian atas keterlibatan Prabowo dalam penculikan aktivis itu.

Sumber video : YouTube

Surat pemecatan Prabowo | Sumber gambar: detik.com
Surat pemecatan Prabowo | Sumber gambar: detik.com
Ini benar- benar suatu tragedi. Undang - undang dan peraturan, yang seharusnya menuntut standar sangat tinggi yang mengatur hal tersebut, nampaknya dalam arti tertentu seperti tidak berdaya membendung orang tertentu untuk mengejar ambisi nya. Apalagi kasus ini tergolong kasus pelanggaran HAM berat.

Kembali pada tuduhan bahwa teriakan, protes dan ratapan menuntut keadilan tersebut adalah hal yang sudah basi. 

Cobalah mereka yang menuduh itu berada dalam posisi yang sama dengan para orang tua dan kerabat korban. Apakah tuduhan itu masih dirasakan relevan?

Ya, kehilangan dan kepedihan tak pernah basi. Jeritan menuntut keadilan tak akan  pernah kadaluarsa.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun