Mohon tunggu...
maritha susanti
maritha susanti Mohon Tunggu... -

Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengubah Indonesia Dari Kita, Untuk Kita, dan Oleh Kita (Sebuah pandangan teoritis Corporate Communication mengenai Indonesia 10-15 Tahun kedepan)

29 Oktober 2013   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:53 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia dulu adalah bangsa dengan nasionalisme perjuangan yang tinggi, tetapi saat ini nasionalisme itu sendiri yang dipertanyakan. Kemanakah nasionalisme itu sekarang? mengapa dan apa yang menyebabkan "ia" semakin memudar dan sudah tidak populer lagi saat ini?

Nasionalisme menurut KBBI (http://kbbi.web.id) adalah (1) paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, (2) kesadaran keanggotaan di suatu bangsa yang secara potensial atau aktual secara bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham atau ajaran kepada anggota suatu bangsa atau negara untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, dan secara sadar baik dengan secara individu atau bersama-sama anggota suatu bangsa itu bekerjasama atau berusaha untuk mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemamuran dan kekuatan bangsa itu sendiri. Dan hendaknya paham tersebut dapat hadir secara otomatis dari dalam diri anggota bangsa tersebut dan ditularkan atau dibagikan kepada sesama anggota bangsa itu hingga dapat membantu tercapainya tujuan bangsa dan negara tersebut.

Nasionalisme seperti layaknya embrio atau makhluk hidup yang juga tumbuh dan berkembang sesuai dengan bentuk-bentuk zaman yang berubah. Pada awalnya nasionalisme kebangsaan Indonesia menjadi embrio lahirnya negara Indonesia. (Kompas, dalam Sarjadi dan Rinakit, 2004).

Jika dulu nasionalisme adalah bagaimana suatu bangsa mewujudkan rasa cinta tanah air dengan cara berjuang melawan penjajah, maka sekarang setelah Indonesia merdeka nasionalisme memasuki babak baru yaitu sebuah "energi" yang menggerakkan untuk membangun bangsa.

Tetapi setelah beberapa tahun kemerdekaan Indonesia ini dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia di tahun 1997, Indonesia terbangun dari tidur panjang dimana negara kembali terusik dengan kesemena-menaan para penyelenggara negara yang tidak amanah menjalankan fungsinya. Sebuah isu korupsi, kolusi dan nepotisme melanda Indonesia di era presiden Suharto yang menyebabkan krisis moneter, dimana perekonomian di Asia melemah termasuk Indonesia. Selain terjadi demonstrasi besar-besaran mahasiswa, terjadi pertumpahan darah, banyak perusahaan yang pailit dan akhirnya masa Suharto diganti oleh pemerintahan yang baru.

Berlanjut pada era berikutnya, yaitu pada abad 21 dimana di Indonesia diberlakukan otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 (dalam Saryadi dan Rinakit, 2004). Otonomi daerah ini juga menyebabkan menggesernya rasa nasionalisme Bangsa Indonesia yang dulunya sangat kental mulai tergerus oleh rasa nasionalisme kedaerahan. Contohnya saja mulai banyaknya gerakan separatis mulai dari Aceh, Papua, dan Maluku.

Belum selesai persoalan mengenai lokalisme kedaerahan yang menjadikan lunturnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia, pada era pra reformasi negara mulai digonjang - ganjing dengan isu Korupsi dari para pejabat-pejabat negara yang konon merupakan wakil rakyat.

Selain itu juga zaman yang ada saat ini juga sudah masuk era globalisasi, dimana terpaan-terpaan Internasionalisasi sangat kuat. Contohnya saja berjamurnya K-Pop dari korea selatan yang sangat digandrungi oleh anak muda Indonesia. Belum lagi masalah-masalah lain yang terdesak dan berjejal di Indonesia ini,

Jika melihat lagi situasi seperti ini apakah kita masih bisa melihat "nasionalime" itu dalam diri pribadi bangsa ini? Apakah masih? Rasa nasionalisme dipegang erat-erat oleh rakyat jika penyelenggara negara saja sudah berbohong pada rakyat?

Itulah situasi saat ini dimana terjadi sebuah dilematis yang besar antara nasionalisme sesungguhnya dengan nasionalisme yang masih malu-malu kita tegakkan karena malu mengatakan bahwa "Aku Indonesia.." karena masalah besar yang telah melanda Bangsa dan negara ini.

Untuk itu perlu ada langkah-langkah yang di ambil oleh bangsa yang perduli untuk menyelamatkan Indonesia.

Langkah-langkah tersebut itulah yang nantinya akan menjadi mimpi dan harapan bangsa untuk Indonesia 10-15 tahun kedepan. Evaluasi, benahi diri, perkuat landasan negara, perkuat bangsa dan komunikasi, dan cari lagi identitas diri yang sebenarnya. Visi misi Indonesia perlu lagi digali untuk menjadi cambuk semangat Bangsa Indonesia.

Melihat pernyataan di atas dapat terlihat bahwa Indonesia merupakan sebuah perusahaan besar yang sedang mengalami krisis, terutama krisis dalam internal perusahaan atau bangsa itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya Publik Relation yang baik, untuk memperbaiki citra bangsa itu sendiri di mata rakyatnya.

Penulis tidak terlalu terfokus untuk memperbaiki citra Indonesia di mata dunia International, karena saya merasa peran Indonesia di dunia International sudah baik sejauh ini buktinya adalah penghargaan-penghargaan yang pernah diraih oleh Indonesia yaitu : 1. Penghargaan yang diterima oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari masyarakat bisnis Amerika dan ASEAN yang berpusat di New York, Amerika Serikat, lantaran SBY dianggap memajukan perekonomian Indonesia dari ancaman krisis global, 2. Penghargaan yang kedua yaitu penghargaan di bidang lingkungan hidup dari 3 organisasi lingkungan hidup dunia , atas prestasinya memprakarsai segitiga terumbu karang serta melestarikan sumber daya laut dan pesisir pantai di 6 negara yaitu : Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan kepulauan Solomon. (http://news.liputan6.com/read/439905/sby-terima-dua-penghargaan-di-as) tanggal 25 September 2012. selain itu untuk yang penghargaan yang ketiga yaitu penghargaan dari organisasi nirlaba (AoCF) Appeal of Concience Fondation, penghargaan tersebut sebagai bentuk terciptanya toleransi beragama di negara ini. Tetapi masalahnya adalah banyak rakyat Indonesia yang tidak setuju SBY mendapat penghargaan ini. Mereka menilai penghargaan tersebut tidak sesuai fakta.

Berdasarkan pernyataan di atas, menurut pendapat saya justru kita harus berbangga bahwa presiden SBY dengan kemampuan diplomasi dan komunikasi antar negara sangat baik, bahkan ini justru peran PR Indonesia di Luar negeri juga dapat dinilai baik karena dengan adanya komunikasi yang terjalin antar kepala negara, pejabat negara dan juga pemberitaan mengenai Indonesia di Luar negeri pun sudah baik. Hal ini akan juga menjadikan Indonesia lebih dipercaya oleh Masyarakat Luar negeri. Dengan begitu tidak sedikit juga orang luar tersebut berbondong-bondong datang ke Indonesia berwisata ataupun menaruh sahamnya di Indonesia. Hal ini pasti sangat menguntungkan untuk menambah devisa negara dan juga menambah kesejahteraan Indonesia. Maka menurut saya penghargaan-penghargaan seperti ini harus didukung penuh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi mengapa banyak protes, Citra pejabat dan kepala negara di Indonesia sudah menjadi buruk dimata publik. Oleh karena itu sudah saatnya Citra Indonesia di mata rakyat Indonesia itu sendiri yang butuh diperbaiki, sehingga rasa nasionalisme yang dulu begitu membara bangkit kembali untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang lebih nyata.

Oleh karena itu dari berbagai macam paparan narasi di atas saya sebagai penulis punya banyak mimpi mengenai Indonesia 10-15 tahun ke depan. Ada beberapa mimpi yang diharapkan dapat terwujud, diantaranya adalah :



  1. Indonesia menjadi negara yang lebih damai dan tenteram


  2. Kemiskinan di Indonesia menurun


  3. Pendidikan di Indonesia sudah merata


  4. Rakyat Indonesia semakin bijak dan lebih mencintai Indonesia


  5. Indonesia di jabat oleh presiden yang lebih mengetahui keadaan rakyat dan sudah tidak lagi dijabat oleh antek-antek orde baru.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun