"Tidak ada paksaan, Tara. Hanya langkah kecil, satu per satu," Kiran menjawab, senyum lembut menghiasi wajahnya.
Tara merasa sedikit lega. Meskipun bayang-bayang Aditya masih menghantuinya, ada harapan baru yang bersinar di depan. Mereka berbicara dan tertawa lagi, merayakan momen sederhana yang membuat hidup terasa lebih indah.
Beberapa bulan kemudian, musim hujan datang lagi. Tara dan Kiran sering menghabiskan waktu bersama, berbagi tawa dan cerita. Meski Aditya masih menjadi bagian dari ingatan, Tara mulai merasakan cinta yang tulus terhadap Kiran. Ia belajar bahwa cinta tidak selalu harus menghapus masa lalu, tetapi bisa saling melengkapi.
Suatu sore, saat hujan turun dengan lembut, Kiran membawa Tara ke taman. Mereka berjalan di bawah payung, menikmati suasana yang sejuk dan menenangkan. Kiran menghentikan langkahnya di bawah pohon besar. "Tara, aku ingin mengajakmu berbicara tentang sesuatu yang penting."
Tara menatap Kiran, merasa sedikit tegang. "Apa itu?"
"Aku ingin kita melanjutkan hubungan ini dengan lebih serius. Aku mencintaimu, dan aku ingin kita bersama-sama menjalani hidup ini."
Hati Tara berdebar kencang. Ia tidak pernah membayangkan akan mendengar kata-kata itu. "Kiran, aku juga mencintaimu, tetapi..."
"Tapi apa?" Kiran menatapnya, matanya penuh harapan.
"Tapi aku masih merasa ragu. Aku tidak ingin terburu-buru," jawabnya jujur.
"Tidak masalah. Kita bisa melakukannya perlahan. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, dan aku bersedia menunggu."
Saat mereka berpelukan di bawah hujan, Tara merasa ketenangan melingkupi mereka. Di antara suara hujan dan kebisingan di sekitar, ia merasa menemukan kembali jati dirinya. Ia tahu bahwa cinta membutuhkan waktu dan kesabaran, tetapi di sinilah ia ingin berada---bersama Kiran.