Kiran adalah pria yang tampak ceria, wajahnya selalu dihiasi senyum. Mereka berdua mulai berbincang, Kiran menceritakan pengalamannya di kota ini, sedangkan Tara mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun pikirannya masih terus melayang kepada Aditya.
Mereka berbicara tentang hujan, tentang kafe, dan tentang kehidupan. Kiran memiliki cara untuk menghibur orang-orang di sekitarnya, dan sedikit demi sedikit, senyuman Tara mulai kembali. Namun, di dalam hati, ada rasa bersalah karena ia merasa seolah mengkhianati Aditya.
Pertemuan itu berlangsung singkat, tetapi cukup membuat Tara merasa lebih baik. Ketika Kiran meminta nomor ponselnya sebelum berpisah, Tara ragu sejenak, tetapi akhirnya memberikannya.
"Semoga kita bisa bertemu lagi di sini," kata Kiran dengan senyum lebar.
Tara hanya mengangguk. Saat Kiran meninggalkan kafe, hujan mulai reda. Meskipun hatinya masih terasa kosong, Tara merasa sedikit lebih ringan.
Hari-hari berikutnya, Tara kembali ke kafe itu, dan meskipun Kiran tidak selalu ada, dia menemukan dirinya menantikan kehadirannya. Kiran mengirimkan pesan, menanyakan kabarnya, dan mereka mulai berbicara lebih sering. Meski Tara merasa bersalah karena menggantikan Aditya dalam pikirannya, ia juga tidak bisa mengabaikan rasa nyaman yang ditawarkan Kiran.
Beberapa minggu kemudian, Kiran mengajak Tara untuk bertemu di taman. Hujan baru saja berhenti, meninggalkan aroma segar di udara. Di taman, Kiran membawa sebuah payung besar untuk melindungi mereka dari kemungkinan hujan kembali.
"Terima kasih sudah mau datang," kata Kiran saat mereka duduk di bangku taman.
"Senang bisa bertemu," jawab Tara, sedikit gugup.
"Bisa kita bicara tentang apa yang terjadi denganmu?" Kiran mengamati wajahnya.
Tara menatap jauh ke depan, mencoba mengumpulkan kata-kata. "Sebenarnya, aku baru saja putus dengan kekasihku. Kami berpisah karena jarak, dan aku tidak tahu apakah aku masih bisa mencintainya seperti dulu."