Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Hikayat Cinta dalam Hujan

21 Oktober 2024   15:48 Diperbarui: 22 Oktober 2024   20:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa?" Kiran menatapnya dengan bingung.

"Aku masih memikirkan Aditya, meskipun aku bersamamu," ujar Tara, suaranya bergetar.

Kiran terdiam sejenak. "Tara, aku tahu kamu masih mencintainya. Tapi kamu juga harus ingat, hidup terus berjalan. Tidak ada yang bisa menghentikannya."

"Aku tidak ingin menyakitimu," kata Tara, air mata mulai menggenang di matanya.

Kiran mengulurkan tangannya, menghapus air mata di pipi Tara. "Kamu tidak menyakitiku. Justru, aku menghargai kejujuranmu. Tapi ingat, aku ada di sini untukmu, apapun yang terjadi."
Hari-hari berikutnya terasa semakin sulit. Meskipun Kiran selalu berusaha memberikan dukungan, Tara merasa semakin bingung. Setiap kali hujan turun, ia teringat kenangan indah bersama Aditya, dan setiap senyuman Kiran mengingatkannya pada betapa berartinya cinta.

Suatu malam, saat hujan deras mengguyur kota, Tara memutuskan untuk mengirim pesan kepada Aditya. Mungkin ini adalah kesempatan untuk menutup bab yang belum selesai. Ia mengetik pesan dengan hati-hati, mengekspresikan semua perasaannya, harapannya, dan permohonan maaf. Namun, ketika menekan tombol kirim, rasa takut kembali menyergapnya.

Berharap yang terbaik, ia menunggu balasan. Beberapa jam kemudian, ponselnya berbunyi. Tara membuka pesan itu dengan hati berdebar. "Tara, aku sudah mendengar tentangmu. Aku harap kamu baik-baik saja. Tapi aku sudah menjalani hidup yang baru di sini. Mungkin lebih baik kita tidak berhubungan lagi."

Tara merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia tak pernah mengira bahwa perpisahan ini akan menghilangkan semua harapan. Ia menangis sejadi-jadinya, merasa seolah semua yang telah dibangunnya dengan Kiran selama ini akan sia-sia.

Hari-hari setelah pesan itu terasa gelap. Tara menjauh dari Kiran, merasa tidak pantas untuk bersenang-senang sementara hatinya masih terikat pada kenangan Aditya. Kiran berusaha mendekat, tetapi Tara selalu menghindar.

"Aku ingin kamu tahu, aku di sini untukmu," kata Kiran, mencoba menyentuh tangan Tara.

"Tapi aku tidak bisa, Kiran. Aku masih terjebak dalam ingatan tentang Aditya," jawabnya sambil menunduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun