Saat mereka memasuki hutan, suasana kembali berubah. Suara burung dan hewan lain kembali menghilang, dan hanya ada desah angin yang terdengar. Rina merasakan ketegangan di udara, tetapi kali ini dia tidak mau menyerah.
"Tio, kita harus tetap fokus," katanya, berusaha menenangkan dirinya.
Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti jalan setapak yang samar. Tio mengamati sekitar, mencoba mencari tanda-tanda keberadaan adik Rina. Namun, semakin dalam mereka menjelajah, semakin Rina merasakan ada sesuatu yang mengintai mereka.
"Tio, apakah kamu merasakannya?" Rina bertanya.
"Merasakan apa?" Tio menjawab, tampak bingung.
"Sepertinya ada yang mengikuti kita," ujar Rina, merasa tidak nyaman.
Tio menatap Rina dengan serius. "Jangan takut. Kita harus terus berjalan."
Akhirnya, mereka tiba di sebuah area terbuka di dalam hutan. Di sana, ada sebuah batu besar yang terlihat seperti altar. Rina merasa ada sesuatu yang aneh dengan tempat ini. "Tio, sepertinya tempat ini tidak biasa."
Saat mereka mendekat, Rina melihat ada ukiran aneh di batu tersebut. "Ini... ini seperti yang ada di rumahku," katanya, terkejut.
"Rina, ada yang aneh di sini," kata Tio, sambil mengawasi sekeliling.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara dari arah belakang. Rina dan Tio berbalik dan melihat sosok yang berdiri di antara pepohonan. Hati Rina berdebar kencang. "Siapa itu?" tanyanya ketakutan.