Dalam kepanikan, ia bersembunyi di balik salah satu sofa di ruang tamu. Nafasnya terengah-engah, berusaha sekuat tenaga agar tidak bersuara. Langkah kaki itu berhenti di depan pintu ruang tamu. Raka bisa merasakan kehadiran makhluk itu di sana, berdiri diam, seolah tahu di mana ia bersembunyi.
Tiba-tiba, sosok itu berbicara. Suaranya berat dan serak.
"Kau... tidak seharusnya berada di sini."
Raka merasa jantungnya hampir berhenti. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, berusaha menahan ketakutannya. Namun, tubuhnya gemetar tak terkendali.
Suara langkah kaki itu mulai mendekat lagi, kali ini menuju tempat persembunyiannya. Hanya beberapa detik sebelum makhluk itu menemukannya, Raka merasakan sesuatu menarik tubuhnya dengan kuat dari balik sofa.
Ia terlempar ke arah pintu depan, yang tiba-tiba terbuka lebar. Tanpa berpikir panjang, ia segera bangkit dan melarikan diri keluar rumah. Ia tidak peduli lagi dengan kameranya, alat-alatnya, atau apapun yang tertinggal di dalam. Satu-satunya yang ada di pikirannya adalah keluar dari rumah itu.
Begitu mencapai halaman, Raka mendapati dirinya kembali berdiri di depan gerbang rumah tua yang sudah berkarat. Malam masih gelap, dan tidak ada siapa pun di sekitarnya. Nafasnya tersengal, dan ia menatap rumah tua itu sekali lagi.
Kini, ia tahu bahwa legenda tentang rumah itu bukan sekadar cerita kosong. Ada sesuatu yang berdiam di sana, sesuatu yang tidak seharusnya diganggu.
Raka meninggalkan desa itu keesokan harinya, bersumpah tidak akan pernah kembali lagi. Namun, selama bertahun-tahun setelah kejadian itu, mimpi-mimpi buruk tentang sosok hitam dan rumah tua itu terus menghantui tidurnya. Dan setiap kali ia bermimpi, ia selalu mendengar suara yang sama, berbisik dari kegelapan.
"Kau... tidak seharusnya berada di sini."
Sumbawa, 25 September 2024