Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sukses Butuhkan Suatu Proses

27 Agustus 2024   12:51 Diperbarui: 27 Agustus 2024   14:43 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu terasa sangat dingin di pegunungan yang tinggi. Kabut tebal menyelimuti seluruh kawasan, menyembunyikan pemandangan indah di sekelilingnya. Di sebuah pondok sederhana di lereng bukit, seorang pemuda bernama Bima bangun lebih awal dari biasanya. Matanya yang masih setengah terpejam terbuka lebar ketika dia menyadari bahwa hari itu adalah hari yang sangat penting.

Bima bukanlah pemuda biasa. Di usianya yang baru menginjak 23 tahun, dia sudah diakui sebagai salah satu pendaki gunung paling andal di daerahnya. Sejak kecil, Bima memang memiliki ketertarikan yang luar biasa pada alam, terutama pada gunung-gunung tinggi yang selalu terlihat megah di kejauhan.

Namun, Bima bukan hanya sekadar pendaki. Di balik kecintaannya terhadap alam, dia menyimpan ambisi besar---ambisi untuk menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia, Everest. Bagi banyak orang, ambisi Bima terdengar seperti mimpi yang mustahil. Bagaimana tidak, Bima hanyalah seorang pemuda dari desa kecil di kaki gunung, tanpa dukungan finansial yang memadai, tanpa tim pendukung, dan tanpa pengalaman mendaki gunung di luar negerinya sendiri.

Namun, Bima tidak pernah menyerah pada mimpinya. Setiap hari, dia berlatih keras, melatih tubuhnya untuk bisa menghadapi kondisi ekstrem di ketinggian. Dia mempelajari segala sesuatu tentang pendakian, dari teknik mendaki hingga cara bertahan hidup di cuaca buruk. Bima tahu bahwa perjalanan menuju puncak Everest bukanlah perkara mudah, tetapi dia juga tahu bahwa dengan tekad yang kuat, tidak ada yang mustahil.

Hari itu adalah hari pertama dari perjalanannya yang panjang. Bima sudah mengumpulkan cukup uang untuk memulai pendakian ke Everest, meskipun jumlahnya jauh dari cukup untuk mencapai puncak. Namun, dia yakin bahwa langkah pertama ini adalah yang paling penting. Dengan bekal seadanya, Bima bertekad untuk membuktikan pada dunia---dan pada dirinya sendiri---bahwa dia mampu mencapai puncak.

Perjalanan Bima dimulai dari kota kecil di kaki gunung, di mana dia bertemu dengan sekelompok pendaki profesional yang juga memiliki tujuan yang sama---mendaki Everest. Mereka adalah orang-orang dari berbagai negara, dengan pengalaman dan peralatan yang jauh lebih baik daripada Bima. Namun, Bima tidak merasa minder. Dia tahu bahwa kesuksesan tidak hanya bergantung pada peralatan atau pengalaman, tetapi juga pada kemauan dan ketekunan.

Di antara para pendaki, Bima bertemu dengan seorang pria bernama David, seorang pendaki berpengalaman dari Inggris yang sudah mendaki hampir semua gunung tertinggi di dunia. David tertarik dengan cerita Bima yang penuh tekad dan ambisi, dan mereka berdua segera menjadi teman dekat.

"Kau benar-benar yakin ingin mendaki Everest dengan persiapan yang minim ini?" tanya David suatu malam ketika mereka sedang beristirahat di sebuah kamp di kaki gunung.

Bima tersenyum tipis. "Aku mungkin tidak punya banyak uang atau peralatan canggih, tapi aku punya mimpi yang besar dan tekad yang kuat. Itu sudah cukup bagiku."

David mengangguk mengerti. "Aku suka semangatmu, Bima. Tapi ingatlah, Everest bukan hanya tentang fisik. Ini juga tentang mental. Banyak orang yang memiliki fisik yang kuat, tapi gagal karena mereka tidak siap secara mental."

Bima tahu bahwa David benar. Dia sudah sering mendengar cerita tentang pendaki yang gagal mencapai puncak karena tidak siap menghadapi tekanan psikologis di ketinggian. Namun, Bima sudah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Dia telah melatih mentalnya untuk tetap tenang dan fokus di tengah situasi sulit. Dia yakin bahwa dengan ketenangan dan keteguhan hati, dia bisa mengatasi segala rintangan yang menghadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun