Hujan menari di altar langit kelam,
menenun rindu dengan benang muram.
Rintiknya adalah gemawan air mata,
meluruhkan elegi jiwa yang tak bernyawa.
Pada pelataran malam yang sunyi,
angin mengabarkan kisah purbani.
Namamu terukir di nadi angkasa,
namun terhapus oleh dingin yang tak berasa.
Rinai hujan, orkestrasi pilu,
melodi yang memahat waktu menjadi bisu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!