Teristimewa
Di pagi buta kau bangkit berdiri,
Mengemas semangat meski lelah membebani.
Meniti jalan yang tak selalu terang,
Demi anak negeri yang kau sayang.
Setiap langkahmu penuh arti,
Membawa ilmu bagai cahaya abadi.
Menghapus kelam dari jiwa yang bimbang,
Membentuk generasi yang siap berjuang.
Di papan tulis kau ukir harapan,
Mengajari hidup dengan penuh kesabaran.
Mendengar keluh, membimbing laku,
Tak pernah menyerah walau waktu berlalu.
Keringatmu adalah doa yang tersembunyi,
Mengalir deras untuk mimpi yang suci.
Kau percaya pada benih yang kau tanam,
Kelak tumbuh menjadi pohon yang kokoh bertahan.
Betapa besar pengorbananmu, wahai guru,
Melewati rintangan tanpa rasa jemu.
Dalam hati kami, kau tetap abadi,
Membentuk jiwa bangsa dengan cinta sejati.
Kau pahlawan yang tak meminta puja,
Hanya berharap anak bangsa berjaya.
Meski kadang jerihmu tak terbalas,
Namun semangatmu selalu tulus dan ikhlas.
Hari ini kami mengenang jasamu,
Mengangkat doa untuk kebaikanmu.
Selamat Hari Guru, pahlawan mulia,
Bakti dan cinta takkan terlupa.
Dalam senyummu tersimpan asa,
Dalam suaramu lahir cita-cita.
Engkau bintang di tengah kegelapan,
Penuntun jalan menuju harapan.
Takkan mampu kami balas segalanya,
Namun izinkan kami berkata:
Terima kasih, wahai penjaga ilmu,
Kami bangga menjadi anak didikmu.
Wahai guru, teristimewa namamu,
Pengabdianmu abadi sepanjang waktu.
Di Hari Guru ini kami berseru,
Bangsa ini bersinar karena sinarmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H