Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oktober dalam Rintik Hujan

3 Oktober 2024   09:58 Diperbarui: 3 Oktober 2024   10:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oktober dalam Rintik Hujan

Oktober datang dengan lembutnya rintik,  

Membasuh bumi dalam gemuruh lirih,  

Langit abu menyulam kisah klasik,  

Menggantung rindu di ujung dedaun basah.

Setiap tetes membawa kenangan lama,  

Mengalir diam-diam di celah waktu,  

Seperti aliran sungai yang tak bermuara,  

Mengantar pulang langkah-langkah yang bisu.

Hujan ini tak sekadar air yang jatuh,  

Ia bisikan angin, cerita yang tak tersampaikan,  

Di antara dingin, hatiku luluh,  

Menyambut Oktober dengan hampa yang tertahan.

Namun, di balik mendung yang memeluk erat,  

Ada harapan yang tumbuh di setiap tetes,  

Oktober bukan hanya rintik yang mengerat,  

Tapi juga awal dari harapan yang lebih berkelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun